Logo Ebatak
Ebatak | Ensiklopedia Batak
Ensiklopedia Batak

Identitas, Fungsi, dan Sejarah Marga Suku Batak

Marga Batak - Identitas, Fungsi, dan Sejarah


Marga
Marga
Marga bukan hanya sekadar nama keluarga, tetapi juga merupakan simbol identitas, kekerabatan, dan kebanggaan dalam budaya Batak. Marga membantu menjaga nilai-nilai tradisional dan memperkuat hubungan antar anggota masyarakat.
Source: ebatak.com
Author: Regina

Marga Batak adalah kelompok atau klan keluarga yang memiliki nenek moyang yang sama. Dalam budaya Batak, marga sangat penting karena menunjukkan identitas, asal-usul, dan status sosial seseorang. Setiap individu Batak diberi nama marga yang diwariskan dari pihak ayahnya, yang juga mencerminkan garis keturunan.

Marga bukan hanya sekadar nama keluarga, tetapi juga merupakan simbol identitas, kekerabatan, dan kebanggaan dalam budaya Batak. Marga membantu menjaga nilai-nilai tradisional dan memperkuat hubungan antar anggota masyarakat.

Sebaiknya, marga selalu digunakan karena orang yang berada pada satu marga dilarang untuk saling menikahkan. Pada tradisi Batak, laki-laki akan membentuk kelompok kekerabatan yang biasanya disebut punguan atau parsadaan. Perempuan atau boru akan menciptakan hubungan saudara atau tondong, karena perempuan akan menikah dengan laki-laki dari kelompok marga lain.

Pemberian marga dapat diberikan kepada orang lain yang bukan berasal dari bangso Batak jika orang tersebut menikah dengan orang Batak. Pemberian marga kepada orang dari luar bangso Batak yang menikah dengan orang Batak dilakukan agar upacara adat perkawinan Batak dapat dilaksanakan, karena upacara adat tersebut tidak dapat dilepaskan dari marga.

Proses pemberian marga itu sendiri melewati upacara adat khusus dan hukumnya (orang yang diberi marga) sejak diberikan marga, akan memiliki status pertalian darah dan tanggung jawab yang sama dengan marga yang diberikan kepadanya, orang tersebut akan terlibat dalam partuturan.

Fungsi Marga Batak

Fungsi marga dalam martarombo sangatlah penting untuk digunakan karena orang Batak selalu dikenal dengan marganya. Marga merupakan sarana untuk menandakan dan mengetahui silsilah keturunan dari marganya. Karena bagi orang Batak, marga sangatlah berperan penting, karena itu merupakan bukti tanda bagi identitas terutama dalam pergaulan.

Marga sangat menandakan silsilah keturunan, mempersatukan persaudaraan, marga juga bisa menjadi modal dalam bergaul, memberikan banyak jalan hidup. Contohnya di dalam perantauan, sehingga mudah mendekatkan diri kepada kerabat semarga dan mudah pula dalam mencari relasi baik untuk pekerjaan ataupun hal lainnya.

Sesama satu marga dilarang untuk saling menikahkan. Laki-laki yang membentuk kelompok kekerabatan, perempuan menciptakan hubungan saudara yang besan atau martondong karena perempuan harus menikah dengan laki-laki dari kelompok patrilineal yang lain. Selain dicantumkan marga, harus tahu juga silsilah atau tarombo karena kedua hal itu sangatlah wajib bagi orang Batak.

Marga Tertinggi di Batak

Banyak pertanyaan seputar marga apa yang tertinggi di antara marga-marga yang ada di suku Batak, jawabannya tidak ada, karena pertanyaan tersebut ambigu.

Namun untuk menjawab pertanyaan apa marga pertama kali yang digunakan oleh keturunan Si Raja Batak, hal ini bisa dijawab berdasarkan tarombo.

Jika marga pertama kali digunakan oleh keturunan Si Raja Batak berasal dari anak Guru Tatea Bulan. Yaitu marga Sagala. Marga Sagala masih digunakan hingga saat ini dan tidak ada marga baru yang terbentuk dari keturunan Sagala Raja, semuanya menggunakan marga Sagala.

Namun, jika merujuk dari penggunaan gelar, maka Pasaribu adalah gelar pertama yang digunakan sebagai marga. Tuan Saribu Raja telah menggunakan Pasaribu sejak saat dulu. Tetapi marga Pasaribu benar-benar digunakan oleh orang Batak dimulai dari keturunan Tuan Saribu Raja.

Marga Batak berasal dari keturunan Si Raja Batak, Si Raja Batak memiliki dua orang anak, yaitu Guru Tatea Bulan dan Raja Isombaon. Dari kedua anaknya inilah marga-marga Batak muncul. Marga yang berasal dari keturunan Guru Tatea Bulan disebut Golongan Bulan, sedangkan marga yang berasal dari keturunan Raja Isombaon disebut Golongan Matahari. Kedua golongan marga tersebut dilambangkan pada bendera Sisimangaraja yang disimbolkan dengan bulan dan matahari.

Jumlah marga pada website ini yang sudah terdata sebanyak 193 marga, terdiri dari 65 marga yang berasal dari keturunan Guru Tatea Bulan dan 128 marga yang berasal dari keturunan Raja Isombaon. Jumlah ini akan berubah seiring dengan data yang kami masukkan pada website ini.

Marga Golongan Bulan

Marga Golongan Matahari

Rabu, 14 Oktober 2009, 07:55 | Selasa, 25 Maret 2025, 00:27 | oleh Regina

kuliner

Adat Batak

Wisata Alam

Napak Tilas

Mitologi

Sejarah