Logo Ebatak
Ebatak | Ensiklopedia Batak
Ensiklopedia Batak

Sejarah, Tradisi, dan Tugu Marga Sagala

Marga Sagala: Sejarah, Tradisi, dan Pembangunan Monumen sebagai Simbol Persatuan


Tugu Marga Sagala
Tugu Marga Sagala
Keturunan marga Sagala se-dunia melakukan acara peletakan batu pertama pembangunan Tugu/Monumen Sagala Raja, yang dilaksanakan pada hari kamis, 4 Maret 2021 di Gindolok, Sagala, Kecamatan Sianjur Mulamula, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara.
Source: sahabatinformasi.com
Author: Regina

Marga Sagala adalah salah satu marga yang memiliki sejarah panjang dalam budaya Batak. Marga ini pertama kali digunakan oleh keturunan Si Raja Batak generasi ketiga, tepatnya oleh Sagala Raja, yang merupakan anak dari Guru Tatea Bulan. Marga Sagala dikenal sebagai salah satu marga Batak tertua, dengan sebagian besar keturunannya berasal dari Samosir, Sumatera Utara.

Selain sejarahnya yang kaya, Marga Sagala juga memiliki tradisi unik dalam hubungan kekerabatan yang membedakan mereka dengan marga-marga Batak lainnya. Salah satunya adalah dalam hal sapaan, di mana Marga Sagala tidak menggunakan nomor dalam berkenalan. Sebagai ganti, mereka saling menyapa berdasarkan urutan kelahiran, menjaga keharmonisan dalam hubungan keluarga.

Pada tahun 2021, keturunan Marga Sagala di seluruh dunia mengadakan acara penting dengan peletakan batu pertama pembangunan Monumen Sagala Raja di Samosir, Sumatera Utara. Acara ini menjadi simbol persatuan dan identitas bagi keturunan Marga Sagala, serta menjadi langkah awal dalam mewujudkan sebuah destinasi wisata sejarah dan budaya.

AdBlock Terdeteksi!

Mohon nonaktifkan AdBlock agar bisa mengakses seluruh konten. Kami bergantung pada iklan untuk terus berjalan.

Menunggu AdBlock dinonaktifkan...

Daftar Isi

Sopo Guru Tatea Bulan
Sopo Guru Tatea Bulan<br>Di atas Desa Sianjur Mulamula, terdapat sebuah bangunan bernama Sopo Guru Tatea Bulan, yang dibangun di bukit untuk menghormati Guru Tatea Bulan dan anak-anaknya. Bangunan ini dilengkapi dengan sejumlah patung sakral.<br>Source: wikipedia.org<br>Author: Səraphic

Marga Sagala berasal dari keturunan Si Raja Batak, tokoh legendaris yang dianggap sebagai leluhur suku Batak. Sagala Raja, yang merupakan anak dari Guru Tatea Bulan, adalah keturunan generasi ketiga dari Si Raja Batak. Keberadaan marga Sagala dimulai dengan pengakuan atas keturunan ini pada generasi ketiga, yang menjadikannya salah satu marga tertua dalam suku Batak Toba.

Sebagian besar keturunan Marga Sagala berasal dari daerah Samosir, Sumatera Utara. Marga ini memiliki peran penting dalam sejarah perkembangan budaya Batak, dan banyak diakui oleh masyarakat sebagai bagian dari asal-usul suku Batak Toba. Keberadaan Marga Sagala sangat terkait erat dengan tanah leluhur di sekitar Samosir dan kawasan sekitarnya.

Namun, tidak hanya sebagai marga yang tertua, Marga Sagala juga dikenal memiliki hubungan kuat dengan tanah kelahiran mereka, di mana para keturunan sering merujuk pada kampung halaman mereka sebagai simbol identitas yang tak terlupakan. Bagi banyak orang Sagala, tanah kelahiran dan budaya yang diwariskan dari nenek moyang menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan mereka.

Pemandangan Menakjubkan di Lembah Sagala
Pemandangan Menakjubkan di Lembah Sagala<br>Lembah Sagala di Kecamatan Sianjur Mula-mula Sumatera Utara<br>Source: googleusercontent.com<br>Author: Uknown

Salah satu aspek yang membedakan Marga Sagala dari marga-marga Batak lainnya adalah tradisi dalam hubungan kekerabatan atau partuturon. Di daerah Toba, Humbang, dan Silindung, marga-marga biasanya menggunakan nomor urut dalam berkenalan. Namun, hal ini tidak berlaku bagi Marga Sagala. Mereka memiliki tradisi unik dengan tidak menggunakan nomor, melainkan sapaan berdasarkan urutan kelahiran.

Dalam tradisi ini, yang lebih dahulu lahir akan menjadi "abangan hahadoli," sebuah gelar yang menandakan penghormatan dalam hierarki kekerabatan. Sistem ini memungkinkan hubungan yang lebih alami dan harmonis antar sesama keturunan Marga Sagala. Selain itu, jika bertemu dengan sesama Marga Sagala, sebaiknya menghindari pertanyaan "Sagala apa," yang dianggap membatasi atau mengkotak-kotakkan identitas mereka. Sebagai gantinya, mereka lebih memilih untuk bertanya tentang asal kampung, yang bisa mencerminkan hubungan lebih mendalam dengan tanah leluhur mereka.

Tradisi ini menunjukkan bahwa dalam Marga Sagala, kekerabatan tidak hanya diukur dari hubungan darah, tetapi juga dari pemahaman dan penghormatan terhadap urutan kelahiran serta asal-usul kampung. Hal ini menguatkan rasa solidaritas dan kebersamaan di antara keturunan Marga Sagala, baik di dalam maupun luar negeri.

Peletakan Batu Pertama Pembangunan Tugu Marga Sagala
Peletakan Batu Pertama Pembangunan Tugu Marga Sagala<br>Keturunan marga Sagala se-dunia melakukan acara peletakan batu pertama pembangunan Tugu/Monumen Sagala Raja, yang dilaksanakan pada hari kamis, 4 Maret 2021 di Gindolok, Sagala, Kecamatan Sianjur Mulamula, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara.<br>Source: ebatak.com<br>Author: Halak Batak

Pada 4 Maret 2021, keturunan Marga Sagala di seluruh dunia melakukan acara peletakan batu pertama pembangunan Tugu/Monumen Sagala Raja di Gindolok, Kecamatan Sianjur Mulamula, Kabupaten Samosir. Monumen ini direncanakan menjadi simbol persatuan bagi seluruh keturunan Marga Sagala dan sebagai penghormatan terhadap Sagala Raja, leluhur mereka yang menjadi titik awal munculnya marga ini.

Acara peletakan batu pertama dimulai dengan kebaktian yang dipimpin oleh Pdt. Perwin Manullang S.Th, dengan tema "Kerukunan Yang Sejati." Dalam sambutannya, Plt. Bupati Samosir, Jabiat Sagala, menyatakan dukungannya terhadap pembangunan monumen ini. "Marga Sagala adalah salah satu marga tertua di suku Batak Toba, dan monumen ini menjadi simbol penting dari sejarah dan budaya kita," katanya.

Pembangunan monumen ini diharapkan tidak hanya menjadi penghormatan terhadap leluhur, tetapi juga menjadi daya tarik wisata budaya. Sebagai destinasi sejarah, Monumen Sagala Raja dapat memperkenalkan lebih dalam budaya Batak dan Marga Sagala kepada masyarakat luas, terutama para perantau yang merindukan kampung halaman mereka.

Bupati Samosir Hadiri Peresmian Monumen Tugu Punguan Sagala Raja Sedunia
Bupati Samosir Hadiri Peresmian Monumen Tugu Punguan Sagala Raja Sedunia<br>Sebagai salah satu penunjang wisata budaya yang ada di Kabupaten Samosir, Bupati Samosir Vandiko T Gultom menandatangani Prasasti Monumen Tugu Punguan Sagala Raja Sedunia yang berada di Desa Ginolat Kecamatan Sianjur Mula-mula, Rabu (6/7). Turut hadir Kadis Kominfo, Kadis Sosial, Kadis Lingkungang Hidup, Kabankesbangpol, Kadis Lingkungan Hidup, Kasatpol PP, Camat Sianjur Mula-mula.<br>Source: samosirkab.go.id<br>Author: komunikasi publik

Pembangunan Monumen Sagala Raja didukung oleh berbagai pihak, termasuk pemerintah Kabupaten Samosir dan anggota masyarakat setempat. Jabiat Sagala, Plt. Bupati Samosir, menyatakan bahwa monumen ini memiliki potensi besar untuk menjadi ikon pariwisata di Samosir dan Sianjur Mulamula. "Dengan adanya monumen ini, kita berharap dapat membawa lebih banyak perhatian kepada sejarah dan budaya Batak," ujar Jabiat.

Dukungan juga datang dari Halomoan Sagala, Raja Bius Marga Sagala, yang menyatakan bahwa dengan berdirinya monumen ini, persatuan dan kesatuan marga Sagala akan semakin kuat. "Ini adalah langkah besar bagi kita semua untuk lebih mengenal dan merayakan akar budaya kita," ujarnya.

Reinhard Sagala, Sekretaris Punguan Sagala Raja se-Indonesia, menambahkan bahwa monumen ini diharapkan dapat menjadi daya tarik bagi keturunan Sagala yang tinggal di luar negeri untuk kembali mengunjungi kampung halaman mereka. "Dengan adanya monumen ini, kita bisa lebih dekat dengan tanah kelahiran dan menjaga semangat kebersamaan di antara kita," kata Reinhard.

Patung Si Raja Batak
Patung Si Raja Batak<br>Museum Batak di Balige: Di museum ini, terdapat patung perunggu Si Raja Batak setinggi 7 meter yang menjadi ikon museum. Selain patung tersebut, museum ini juga menampilkan miniatur Danau Toba dan berbagai artefak budaya Batak.<br>Source: twitter.com<br>Author: @halak_toba

Harapan terbesar bagi keturunan Marga Sagala adalah agar monumen ini dapat menjadi simbol yang tidak hanya mempererat hubungan kekerabatan, tetapi juga dapat menginspirasi generasi muda untuk lebih mencintai dan melestarikan budaya mereka. Generasi muda, menurut beberapa tokoh marga Sagala, diharapkan dapat melihat monumen ini sebagai simbol kekuatan dan keberlanjutan budaya Batak Toba.

Dengan adanya monumen ini, para keturunan Marga Sagala yang berada di perantauan diharapkan dapat kembali mengenang dan merayakan asal-usul mereka. Tak hanya sebagai sebuah struktur batu, Monumen Sagala Raja menjadi pengingat tentang pentingnya menjaga warisan budaya dan sejarah, serta menguatkan ikatan keluarga yang telah terjalin sekian lama.

Sebagai ikon wisata dan simbol persatuan, Monumen Sagala Raja juga diharapkan dapat memberi dampak positif bagi ekonomi lokal, menarik perhatian wisatawan yang ingin mengetahui lebih dalam tentang sejarah Batak Toba, dan memperkenalkan budaya Batak yang kaya kepada dunia luar.

Jumat, 14 Maret 2025, 19:21 | Kamis, 20 Maret 2025, 15:18 | oleh Regina

Napak Tilas