Logo Ebatak
Ebatak | Ensiklopedia Batak
Ensiklopedia Batak

Kisah Namauliutus Boru Butar-Butar

Kisah Namauliutus Boru Butar-Butar: Petuah dan Kutukan dari Gunung Simanuk-Manuk


Tugu Raja Butar Butar Simananduk
Tugu Raja Butar Butar Simananduk
Tugu Raja Simanaduk Butar butar terletak di Desa Sihiong, Kecamatan Bonatua Lunasi, Kabupaten Toba, Provinsi Sumatera Utara, Indonesia
Source: wikimedia.org
URL: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/f/fc/Tugu_Raja_Simananduk_Butarbutar_01.jpg
Author: Christian Advs Sltg

Di tanah Sumatera Utara, di mana budaya dan sejarah Batak Toba berakar kuat, terdapat kisah legendaris yang diwariskan turun-temurun. Salah satu cerita yang paling dikenal adalah kisah Namauliutus br. Butar-Butar, seorang putri dari Raja Toga Butar-Butar. Dalam cerita ini, ada petuah bijak dari seorang dukun sakti dan kutukan yang melibatkan keluarga Batak Toba. Berasal dari kisah nyata yang berbaur dengan unsur magis, cerita ini mengandung pelajaran moral yang mendalam.

Daftar Isi

Raja Toga Butar-Butar adalah salah satu tokoh penting dalam masyarakat Batak Toba, yang dikenal dengan kekuatan spiritual dan keilmuan yang dimilikinya. Raja ini memiliki empat anak, yang diberi nama dengan makna yang mendalam:

  • Namauliutus br. Butar-Butar – Anak pertama, yang kemudian menikah dengan seorang bunian, Guru Dungdang Sohahuaon.
  • Simananduk – Anak kedua, yang artinya “depan” dalam bahasa Batak.
  • Sitagorat – Anak ketiga, yang artinya “tengah”.
  • Simananti – Anak bungsu, yang artinya “mengikut”.

Namauliutus br. Butar-Butar, anak pertama Raja Toga Butar-Butar, menikah dengan Guru Dungdang Sohahuaon, seorang dukun sakti yang tinggal di Gunung Simanuk-Manuk. Gunung ini dikenal oleh masyarakat Batak sebagai tempat yang penuh dengan kekuatan mistik.

Suatu ketika, ketika ketiga anak Raja Toga Butar-Butar — Simanduk, Sitagorat, dan Simananti — sudah dewasa, mereka diberikan tugas oleh orang tua mereka untuk mencari kayu di hutan. Kayu tersebut diperlukan untuk membangun rumah mereka. Dalam perjalanan pulang, mereka tidak sengaja sampai ke kediaman kakak mereka, Namauliutus br. Butar-Butar, yang tinggal di Gunung Simanuk-Manuk. Kakaknya memberi mereka sebuah petuah yang penuh makna: setiap anak diberi sebuah kendi dan dipesankan untuk tidak membuka kendi tersebut sebelum 7 hari 7 malam.

Namun, rasa penasaran membuat Simanduk dan Sitagorat tidak bisa menunggu hingga waktu yang ditentukan. Mereka membuka kendi mereka lebih awal, dan terkejut mendapati bahwa dalam kendi tersebut hanya terdapat akar-akar, kunyit, katak, dan belalang — benda-benda yang tampaknya tidak ada artinya. Mereka pun merasa marah dan kecewa atas isi kendi tersebut.

Namun, Simananti, yang lebih sabar dan mematuhi petuah, membuka kendi setelah 7 hari 7 malam. Ketika ia membuka kendi itu, isinya sangat berbeda: intan, berlian, emas, dan perak yang berkilauan. Harta yang berlimpah membuat Simananti merasa sangat diberkahi.

Melihat kekayaan yang dimiliki Simananti, Simanduk dan Sitagorat merasa iri dan memohon agar sebagian harta tersebut dibagikan kepada mereka. Namun, orang tua mereka, yang tidak menunjukkan perhatian pada permintaan tersebut, membuat Sitagorat marah besar. Dalam keadaan emosi yang meluap-luap, Sitagorat memukul orang tuanya hingga pingsan.

Akibat perbuatannya yang kasar dan tidak terhormat, Guru Dungdang Sohahuaon, yang memiliki kekuatan magis luar biasa, menggunakan kesaktiannya untuk mengutuk Sitagorat. Guru Dungdang bersumpah bahwa keturunan Sitagorat tidak akan pernah terlihat atau terdengar lagi. Setelah kejadian tersebut, tidak ada lagi kabar mengenai Sitagorat atau keturunannya. Jejaknya pun seolah menghilang dari dunia ini.

Kisah Namauliutus br. Butar-Butar adalah sebuah cerita legendaris yang tidak hanya mengajarkan tentang pentingnya petuah, kesabaran, dan pengendalian emosi, tetapi juga mengingatkan kita akan kekuatan konsekuensi dari setiap tindakan kita. Dalam masyarakat Batak Toba, kisah ini menjadi bagian dari warisan budaya yang mengandung pelajaran hidup yang penting, yang tetap relevan hingga saat ini.

Minggu, 23 Maret 2025, 01:11 | Rabu, 16 April 2025, 15:52 | oleh Regina

Sejarah