Logo Ebatak
Ebatak | Ensiklopedia Batak
Ensiklopedia Batak

Silsilah, Partuturan dan Tarombo Marga Panjaitan

Marga Panjaitan: Warisan Raja Panjaitan, Generasi ke-7 dari Si Raja Batak. Marga Panjaitan merupakan turunan dari marga Pohan.


Tugu Raja Panjaitan
Tugu Raja Panjaitan
Tugu Raja Panjaitan terletak di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba, Provinsi Sumatera Utara, Indonesia
Source: ebatak.com
Author: Regina

Perbedaan Silsilah (Tarombo) dalam Marga Panjaitan

Dalam Marga Panjaitan, terdapat perbedaan penting dalam catatan silsilah (Tarombo), terutama antara kelompok keturunan yang berasal dari Sitorang dan Matio. Perbedaan utama ini menyangkut asal-usul dari tokoh yang sangat dihormati, Raja Sijorat Paraliman.

Versi dari Keturunan Sitorang

Menurut catatan silsilah yang dipegang oleh keturunan Sitorang (Pomparan Raja Siponot), Raja Sijorat Paraliman diyakini sebagai putra kandung dari Raja Siponot. Dalam pandangan ini, Pintauli boru Hutapea dianggap sebagai istri dari Raja Siponot, dan bukan istri dari Raja Situngo Naiborngin.

Versi dari Keturunan Matio

Sementara itu, keturunan Panjaitan yang berada di Matio memiliki catatan silsilah yang berbeda. Mereka meyakini bahwa Raja Sijorat Paraliman adalah putra dari Raja Situngo Naiborngin dari istri pertamanya yang bernama Pintauli boru Hutapea. Dalam versi ini, Raja Sijorat juga dikenal dengan nama Silundu Ni Pahu.

Perbedaan ini menjadi sangat signifikan karena terjadi pada generasi ketiga setelah Raja Situngo Naiborngin. Diyakini bahwa pada titik inilah terjadi pembagian dalam kelompok besar Marga Panjaitan. Oleh karena itu, masing-masing kelompok keturunan cenderung kuat mempertahankan versi silsilah mereka sebagai bagian penting dari identitas keluarga dan sejarah leluhur mereka.

Adanya perbedaan Tarombo antara kelompok Sitorang dan Matio ini menunjukkan betapa kayanya sejarah dan tradisi lisan dalam masyarakat Batak. Meskipun terdapat perbedaan pandangan mengenai garis keturunan, sikap saling menghargai perbedaan ini tetap penting untuk menjaga kerukunan dan mempererat hubungan kekeluargaan dalam keseluruhan Marga Panjaitan.

Asal Mula Istilah Pintu Batu pada keturunan Marga Panjaitan

Berikut ini merupakan kutipan Asal mula istilah pintu batu pada keturunan marga Panjaitan, yang dikutip dari website "Panjaitan Raja Dogor XVIII" artikel yang berjudul Huta Pintubatu

Mambuka Huta ma Raja Siamporik sada tu Huta Banjar, jala di huta Banjar on ma Raja Siamporik marpinompar. Di sada tikki ro ma gokkon ni natua-tuana ima Raja Dogor na adong Ulaon Adat napinatupa ni Raja Dogor jala sude do pinomparna di Jou jala di gokkon. Laho do Pomparan ni Raja Siamporik sada mangadopi jala mangalusi Gokkon ni natua-tua nai (Ulaon ni ndang pala binoto Ulaon Adat Aha).

Mardalan do Raja Siamporik sada dohot sude pinompar na laho tu Pestai, Dung hira-hira naeng sahat nama tu Pesta i pintor ro ma uda mansai doras, Maradi ma nasida paima so uda ni. Dung so udani ditorushon halaki ma lakkana, Jumpang ni Nasida ma Aek Bolon natung mansai balga aekna gabe so boi Raja Siamporik dohot Pinomparna laho manaripari tu bariba. Tung mansai gale jala marsak ma Raja Siamporik ala pesta nungga be dimulai.

Dipapungu Raja Siamporik ma angka Batu Nabalga asa adong hundulan ni halaki. Jala ndang sadia leleng ro ma Raja Dogor mandok, "on ma tikkina hamu laho manortor", Manortor ma Raja Siamporik dohot Pinomparna apala pas di Pintu ni Huta Ulaoni jala angka Batu nabalga do manghaliangi nasida.

Sian on ma asa muasal parganti ni Huta Banjar gabe Huta Pintubatu. Alai sahat tu tikkion adong dope di Huta Pintu Batu, huta Banjar Ganjang jala disi do Tambak ni Raja Siamporik I.

Kelompok Marga Tuan Dibangarna

Keturunan Marga Panjaitan memiliki hubungan erat dengan marga-marga keturunan Tuan Dibangarna lainnya. Keempat marga tersebut — Panjaitan, Silitonga, Siagian, dan Sianipar — memegang teguh ikatan persaudaraan untuk tidak menikah satu sama lain.

Namun, di beberapa daerah seperti Balige dan Sipahutar, ditemukan juga praktik pernikahan antara marga Panjaitan dengan marga keturunan Tuan Dibangarna lainnya. Hal ini terjadi karena keterbatasan jumlah marga luar yang tinggal di wilayah tersebut. Meski begitu, saat ini praktik pernikahan seperti itu sudah mulai ditinggalkan dan dianggap tabu menurut adat Batak Toba.

Karena Raja Panjaitan merupakan anak sulung dari Tuan Dibangarna, maka marga Panjaitan juga dianggap lebih tua dibanding ketiga marga keturunan lainnya. Oleh karena itu, sesuai adat partuturan Batak Toba, seluruh keturunan dari marga Silitonga, Siagian, dan Sianipar memanggil abang atau kakak kepada orang bermarga Panjaitan, tanpa memandang usia.

Marga Panjaitan adalah marga yang diwariskan oleh Raja Panjaitan. Raja Panjaitan adalah Generasi ke-7 dari Si Raja Batak. Marga Panjaitan merupakan turunan dari marga Pohan. Marga ini digunakan oleh etnis Batak dari suku Toba.

Berikut ini adalah beberapa jawaban dari pertanyaan yang sering ditanyakan terkait marga Panjaitan

Marga Panjaitan merupakan salah satu marga yang digunakan oleh etnis Batak dari suku Toba.

Marga Panjaitan termasuk dalam kelompok marga Tuan Dibangarna.

Belum ada data

Mataniari Binsar dari Panjaitan adalah Marga Hasibuan, karena Boru Hasibuan istrinya, merupakan keturunan dari marga tersebut.

Marga Panjaitan marpadan atau ikrar janji dengan marga Sinambela, Sibuea dan Manullang sesuai dengan kebiasaan tradisi Batak, marga yang marpadan tidak dapat saling menikahi, hal ini bisa saja berubah jika ada kesepakatan kembali antar marga tersebut.

Belum ditemukan data apakah marga Panjaitan sudah memiliki Commemorate atau Tugu.

Marga Panjaitan umumnya didominasi oleh individu yang berkeyakinan Kristen dan Islam, namun ada juga sebagian yang beragama Hindu, Buddha, dan kepercayaan lainnya, termasuk kepercayaan lokal serta keyakinan lainnya.

Keturunan marga Panjaitan adalah anggota keluarga dari generasi-generasi berikutnya yang masih memiliki garis keturunan dari Raja Panjaitan. Anak dari Raja Panjaitan adalah Raja Situngo Naiborngin.

AdBlock Terdeteksi!

Mohon nonaktifkan AdBlock agar bisa mengakses seluruh konten. Kami bergantung pada iklan untuk terus berjalan.

Menunggu AdBlock dinonaktifkan...

Selasa, 22 September 2020, 09:08 | Rabu, 16 April 2025, 09:14 | oleh Regina

kuliner

Adat Batak

Wisata Alam

Napak Tilas

Mitologi

Sejarah