Silahi Sabungan: Sejarah dan Asal-usul Marga Silalahi
Silahi Sabungan: Anak Tuan Sorbadibanua yang mewariskan marga Silalahi.

Tugu Makam Raja Silahisabungan terletak di Jalan Tugu Makam Raja Desa, Silalahi III, Silahisabungan, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara, Indonesia
Source: wikipedia.org
Author: Christian Advs Sltg
Kisah Silahi Sabungan dan Asal Mula Nama Silalahi
Sabungan (nama kecil Silahi Sabungan) awalnya tinggal bersama adiknya, Raja Oloan, di Siogung-ogung, Pangururan, Samosir. Karena merasa adiknya sudah bisa hidup mandiri, Sabungan memutuskan merantau dan meninggalkan kampung halamannya.
Ia kemudian tiba di Paropo, di tepi Danau Toba. Terkagum dengan keindahan danau, Sabungan memutuskan untuk menetap. Sejak itu, bagian Danau Toba yang tampak dari Paropo dikenal sebagai Tao Silalahi. Sabungan pun mulai membangun hidup barunya di sana dengan kerja keras.
Suatu hari, seorang pengembara lewat dan melihat semangat Sabungan dalam bekerja. Meski mereka berbeda bahasa—Sabungan menggunakan bahasa Toba dan si pengembara berbicara dalam bahasa Pakpak—mereka akhirnya bisa saling mengerti.
Pengembara itu tahu bahwa Sabungan belum menikah meski usianya sudah cukup. Setelah mendengar keinginan Sabungan untuk menikah, pengembara itu memperkenalkan tujuh saudara perempuannya. Sabungan sulit memilih karena semuanya cantik.
Sabungan pun mengusulkan lomba menyeberangi sungai kecil, dan pemenangnya akan menjadi istrinya. Pinggan Matio Boru Padang Batanghari, salah satu dari mereka, menang dan menjadi istri Sabungan. Dari pernikahan ini, mereka dikaruniai banyak anak. Sejak itu, Sabungan dikenal sebagai Silahi Sabungan atau Silalahi, nama yang masih dikenang hingga sekarang.
Catatan Penulis, terdapat perbedaan kisah. Jika pada halaman ini disebutkan bahwa pengembara tersebut adalah saudara laki-laki dari Pinggan Matio Boru Padang Batanghari, pada halaman khusus Pinggan Matio Boru Padang Batanghari justru pengembara tersebut adalah Raja Parultep, ayah dari Pinggan Matio Boru Padang Batanghari.
Selanjutnya, cerita ini akan terus menggunakan nama Silahi Sabungan.
Silahi Sabungan dan Raja Mangarerak
Suatu ketika, seorang petarung bernama Rahat Bulu datang ke Patane, Onan Porsea. Ia dikenal membawa kesialan bagi siapa pun yang menantangnya. Raja Mangarerak (beberapa menyebutnya Raja Mangarerak Mangatur), merasa terganggu dengan kehadiran Rahat Bulu dan mencari cara untuk menyingkirkannya.
Kabar tentang kehebatan Silahi Sabungan sampai ke telinga Raja Mangarerak. Ia pun ingin bekerja sama dengan Silahi Sabungan untuk mengatasi Rahat Bulu yang sering meminta upeti dari masyarakat.
Namun, Raja Mangarerak tidak tahu bagaimana menghubungi Silahi Sabungan, yang saat itu sudah berkeluarga. Maka Raja Mangarerak menyebarkan kabar bahwa putrinya, Boru Similing - Iling, sakit parah dan hanya Silahi Sabungan yang bisa menyembuhkannya. Karena iba, Silahi Sabungan setuju datang ke kampung Raja Mangarerak.
Setelah tiba, Silahi Sabungan berhasil menyembuhkan Boru Similing - Iling. Tapi setiap kali ia pergi, penyakit itu kambuh lagi. Akhirnya, Raja Mangarerak menawarkan agar Silahi Sabungan menikahi putrinya demi kesembuhan permanen. Meskipun ada perbedaan usia, Silahi Sabungan menyetujuinya karena rasa iba.
Dari pernikahan itu, Silahi Sabungan dan Boru Similing - Iling dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Raja Tambun.
Penculikan Raja Tambun oleh Rahat Bulu
Suatu hari, Raja Tambun dibawa ibunya ke pasar. Di sana, Rahat Bulu melihat anak itu dan mengklaim bahwa Raja Tambun adalah anaknya dari hubungan gelap dengan Boru Similing - Iling.
Boru Similing - Iling membantah tuduhan itu, namun Rahat Bulu tetap ngotot. Kabar ini sampai ke Silahi Sabungan, yang segera datang ke pasar untuk membela anaknya. Untuk menyelesaikan perselisihan, warga mengusulkan agar mereka masuk ke dalam batang (peti mati besar dari kayu). Siapa pun yang selamat keluar, dialah yang benar.
Boru Similing - Iling masuk lebih dulu dan keluar dengan selamat. Ketika giliran Rahat Bulu, peti tertutup rapat dan tak bisa dibuka. Semua usaha gagal, dan akhirnya peti itu dibawa ke Dolok Simanuk-manuk. Konon, Rahat Bulu menjadi hantu penunggu di sana.
Pengakuan Silahi Sabungan kepada Istrinya
Pada suatu waktu, Silahi Sabungan menyembunyikan Raja Tambun, anak bungsunya, di Paropo untuk melindunginya dari istrinya, Pinggan Matio Boru Padang Batanghari. Ia khawatir, jika Pinggan Matio Boru Padang Batanghari mengetahui keberadaan Raja Tambun, akan timbul masalah baru. Namun, Pinggan Matio Boru Padang Batanghari mulai curiga karena Silahi Sabungan sering membawa makanan diam-diam.
Akhirnya, Pinggan Matio Boru Padang Batanghari menuntut penjelasan. Silahi Sabungan pun mengakui semuanya: tentang pernikahannya dengan putri Raja Mangarerak, kelahiran Raja Tambun, dan kejadian di pasar bersama Rahat Bulu. Mendengar kisah itu, Pinggan Matio Boru Padang Batanghari justru terharu. Ia menerima Raja Tambun sebagai anaknya sendiri dan merawatnya penuh kasih. Anak-anak lainnya pun menerima Raja Tambun tanpa penolakan.
Untuk mempererat hubungan keluarga, Pinggan Matio Boru Padang Batanghari mengadakan Poda Sagu-sagu Marlangan, sebuah acara makan bersama yang menjadi kenangan indah. Tradisi ini menjadi simbol persatuan keluarga besar Silahi Sabungan, di mana Raja Tambun diterima sepenuhnya sebagai bagian dari mereka.
Keturunan Silahi Sabungan
Silahi Sabungan memiliki dua istri. Istri pertama adalah Pinggan Matio Boru Padang Batanghari.
Keturunan dari Istri Pertama
Dari pernikahan dengan istri pertama, Silahi Sabungan memiliki tujuh putra dan satu putri:
- Loho Raja: Menikah dengan boru tulangnya, Rumbani boru Padang Batanghari, dan tinggal di Silalahi Nabolak. Keturunannya menyebar ke Paropo, Tolping, Pangururan, dan Parbaba. Ia memiliki tiga putra: Sinaborno, Sinapuran, dan Sinapitu. Umumnya, keturunannya memakai marga Sihaloho.
- Tungkir Raja: Menikah dengan Pinggan Haomasan boru Situmorang dan tinggal di Silalahi Nabolak. Memiliki tiga putra: Sibagasan, Sipakpahan, dan Sipangkar. Umumnya memakai marga Situngkir (terutama Sibagasan dan Sipakpahan), sedangkan keturunan Sipangkar memakai marga Sipangkar.
- Sondi Raja: Menikah dengan Nagok boru Purba Siboro dan tinggal di Silalahi Nabolak. Memiliki tiga putra: Rumasondi, Rumabolon, dan Rumasingap. Umumnya memakai marga Rumasondi, sebagian memakai Silalahi (Balige), Rumasingap, atau cabang marga seperti Dolok Saribu, Sinurat, Nadapdap, dan Naiborhu.
- Butar Raja: Menikah dengan Lagumora Sagala dan tinggal di Silalahi Nabolak. Memiliki tiga putra: Rumabolon, Rumahambuyak, dan Rumatungkup. Umumnya memakai marga Sinabutar atau Sinamutar, dan sebagian memakai Sidabutar.
- Dabariba Raja: Menikah dengan Sahat Uli boru Sagala dan tinggal di Silalahi Nabolak. Memiliki tiga putra: Sidabariba Lumbantonga, Sidabariba Lumbandolok, dan Sidabariba Toruan. Keturunannya umumnya memakai marga Sidabariba atau Sinabariba.
- Debang Raja: Menikah dengan Panamenan boru Sagala dan tinggal di Silalahi Nabolak, sebagian pindah ke Paropo. Memiliki tiga putra: Parsidung, Siari, dan Sitao. Umumnya memakai marga Sidebang atau Sinabang.
- Batu Raja: Menikah dengan Bunga Pandan boru Sinaga dan tinggal di Silalahi Nabolak. Memiliki tiga putra: Hutabalian, Lumbanpea, dan Sigiro. Umumnya memakai marga Pintu Batu, walau keturunan Sigiro sebagian memakai marga Sigiro.
- Si Deang Namora: Meninggal sebelum menikah.
Keturunan dari Istri Kedua
Istri kedua Silahi Sabungan adalah Boru Similing - Iling, dikenal juga sebagai Milingiling boru Mangarerak. Dari pernikahan ini, Silahi Sabungan memiliki satu putra:
- Raja Tambun: Putra dari Silahi Sabungan dan Boru Similing - Iling. Saat remaja, Raja Tambun meninggalkan Silalahi Nabolak untuk menemui ibunya di Sibisa Uluan. Ia menikah dengan Pinta Haomasan boru Manurung dan tinggal di Sibisa. Keturunannya menyebar ke Huta Silombu, Huta Raja Tambunan, dan Sigotom Pangaribuan. Ia memiliki tiga putra: Tambun Mulia, Tambun Saribu, dan Tambun Marbun. Umumnya, keturunan Raja Tambun memakai marga Tambun, Tambunan, dan sebagian memakai Baruara, Pagaraji, Ujung Sunge, serta Lumban Pea.
Perbedaan Pendapat tentang Jumlah Istri Silahi Sabungan
Dalam membahas keturunan Silahi Sabungan, terdapat perbedaan pendapat mengenai jumlah istrinya serta siapa saja anak-anaknya. Perbedaan ini mencerminkan kompleksitas silsilah keluarga dan kaitannya dengan penggunaan marga Silalahi di antara keturunannya. Ada dua versi utama dalam cerita yang beredar:
Versi Pertama: Silahi Sabungan Memiliki Tiga Istri
- Istri Pertama: Pinggan Matio Boru Padang Batanghari, melahirkan 7 putra (Loho Raja, Tungkir Raja, Sondi Raja, Butar Raja, Dabariba Raja, Debang Raja, Batu Raja) dan 1 putri, yaitu Si Deang Namora.
- Istri Kedua: Boru Similing - Iling, melahirkan 1 putra, yaitu Raja Tambun.
- Istri Ketiga: Pinta Haomasan boru Basonabolon, melahirkan 1 putra bernama Silahi Raja, yang dianggap sebagai satu-satunya keturunan yang berhak menggunakan marga Silalahi.
Versi Kedua: Silahi Sabungan Memiliki Dua Istri
- Istri Pertama: Pinggan Matio Boru Padang Batanghari, melahirkan 7 putra dan 1 putri, dengan nama-nama yang sama seperti dalam versi pertama.
- Istri Kedua: Boru Similing - Iling, melahirkan 1 putra, yaitu Raja Tambun.
Versi kedua ini lebih umum dipercayai oleh keturunan Silahi Sabungan dan dijadikan acuan dalam tradisi martarombo (menelusuri silsilah). Dalam versi ini, seluruh anak dari kedua istri diakui berhak menggunakan marga Silalahi.
Perbedaan Pandangan tentang Penggunaan Marga Silalahi
- Kelompok Silalahi Raja: Beranggapan bahwa hanya keturunan dari Silahi Raja (putra dari istri ketiga) yang berhak memakai marga Silalahi.
- Kelompok Silahi Sabungan: Meyakini bahwa semua anak dari dua istri pertama juga berhak memakai marga Silalahi tanpa pengecualian.
Perbedaan pandangan ini masih menjadi topik yang sering diperbincangkan di kalangan keturunan Silahi Sabungan, terutama terkait hak penggunaan marga Silalahi.