Logo Ebatak
Ebatak | Ensiklopedia Batak
Ensiklopedia Batak

Mengenal Boru Padang Batanghari: Istri dari Silahi Sabungan

Menelusuri jejak Boru Padang Batanghari, Istri dari Silahi Sabungan


Pinggan Matio Boru Padang Batanghari
Pinggan Matio Boru Padang Batanghari
Pinggan Matio Boru Padang Batanghari adalah istri dari dari Silahi Sabungan
Source: ebatak.com
Author: Regina

Raja Parultep Ayah Pinggan Matio Boru Padang Batanghari

Setelah berbulan-bulan tinggal di Silalahi Nabolak, Silahi Sabungan dikejutkan oleh sebuah peristiwa yang membawa berkah besar dalam hidupnya. Seorang raja Pakpak bernama Raja Parultep sedang berburu burung di hutan Simarnasar, yang terletak di atas Silalahi Nabolak. Raja Parultep adalah raja dari suku Pakpak, dan dikenal sebagai ayah dari Pinggan Matio Boru Padang Batanghari, salah satu istri Silahi Sabungan.

Saat berburu, Raja Parultep berhasil menyumpit seekor burung elang. Meskipun terkena, burung itu tidak mati dan terus terbang menjauh. Ia terus mengejarnya, namun burung tersebut selalu terbang lagi setiap kali hendak ditangkap, hingga akhirnya mencapai Silalahi Nabolak.

Burung elang itu melintasi Danau Silalahi menuju pulau Samosir, namun karena kelelahan, akhirnya hinggap di dekat pondokan Silahi Sabungan. Melihat kesempatan ini, Silahi Sabungan dengan mudah menangkap burung tersebut karena sudah lemas. Sementara itu, Raja Parultep tetap mengejar sampai ke tepi danau, meski hari mulai gelap.

Sesampainya di sana, Raja Parultep terkejut melihat seorang pemuda duduk di pondokan sambil memegang burung elang buruannya. Dengan nada marah, ia berkata, “Hei, siapa kamu yang berani tinggal di tanahku ini? Aku adalah Raja Pakpak, penguasa hingga ke pantai danau ini. Serahkan burung itu! Kau harus dihukum dan diusir dari sini!”

Silahi Sabungan, yang sedang duduk di atas seonggok tanah sambil memegang air dari Mual Sigutti, menjawab dengan tenang dan hormat, “Raja Pakpak yang mulia, saya tidak bersalah. Ucapan Anda keliru. Saya bersumpah bahwa tanah yang saya duduki ini adalah milik saya, dan air yang saya minum ini pun milik saya.” Setelah berkata demikian, Silahi Sabungan meminum air dari kendi yang dibawanya, lalu turun dan menyambut Raja Parultep dengan sopan sambil memperkenalkan diri.

Mendengar sikap dan kata-kata bijak dari Silahi Sabungan, kemarahan Raja Parultep pun mereda. Ia memperkenalkan dirinya dengan ramah, “Namamu sudah jelas, maka biarlah kukenalkan diriku. Aku adalah Raja Parultep, artinya pemburu bersumpit, dari marga Padang Batanghari, kerabat marga Pasaribu.” Catatan penulis: Pada masa itu, marga Pasaribu masih merujuk pada keturunan Tuan Saribu Raja.

Silahi Sabungan pun menjawab dengan sopan, “Horas ma, tulang! Ibuku juga boru Pasaribu,” sambil mengundang Raja Parultep naik ke pondokannya karena malam mulai larut. Raja Parultep pun menerima ajakan itu dan mereka berbincang hingga larut malam. Dalam percakapan itu, Raja Parultep bertanya tentang keluarga Silahi Sabungan, dan Silahi Sabungan menjawab bahwa dirinya belum menikah.

Mendengar hal itu, Raja Parultep merasa simpati, lalu berkata, “Aku memiliki tujuh putri yang semuanya telah dewasa. Jika kamu bersedia menjadi menantuku, besok kita ke Balla dan pilihlah salah satu dari mereka untuk menjadi istrimu. Tapi ingat, kamu tidak boleh menikah lagi seumur hidup.”

Catatan Penulis: Terdapat perbedaan kisah. Jika pada halaman ini Silahi Sabungan disebut bertemu dengan Raja Parultep, ayah dari Pinggan Matio Boru Padang Batanghari, maka pada halaman khusus Silahi Sabungan, ia disebut bertemu dengan seorang pengembara yang merupakan saudara laki-laki dari Pinggan Matio Boru Padang Batanghari.

Silahi Sabungan dengan senang hati menerima tawaran itu, namun ia menjawab, “Saya tidak bisa pergi ke Balla begitu saja tanpa memenuhi adat istiadat. Karena saya hanya sebatang kara, mohon tulang membawa pariban saya ke sini, agar saya bisa memilih langsung di tempat ini.”

Mendengar permintaan itu, Raja Parultep pun menyetujuinya. Mereka sepakat untuk menetapkan hari pertemuan dan pernikahan. Setelah itu, mereka pun tidur karena hari sudah larut.

Namun Silahi Sabungan tidak dapat tidur semalaman, memikirkan cara untuk memilih di antara tujuh putri raja. Diam-diam, ia membuka Laklak Tumbaga Holing untuk mencari petunjuk, dan menemukan bahwa sebenarnya hanya ada satu putri raja, bukan tujuh. Hal ini membuatnya semakin bingung. Di sisi lain, Raja Parultep juga tidak bisa tidur dan berpura-pura tidur sambil mengintip gerak-gerik Silahi Sabungan, yang ternyata memiliki kemampuan luar biasa.

Keesokan harinya, Silahi Sabungan mengantar Raja Parultep pulang ke Balla sambil membawa oleh-oleh berupa ikan Batak. Sebelum berpisah, Silahi Sabungan berkata, “Jika rombongan tulang datang lebih dulu, nyalakanlah api di atas bukit. Saya akan menyalakan api di sini sebagai tanda bahwa saya siap menyambut tulang.” Setelah sepakat, Raja Parultep pun pulang ke Balla dengan membawa oleh-oleh tersebut.

Pinggan Matio Boru Padang Batanghari, Boru Padang Batanghari adalah Istri dari Silahi Sabungan, Ibu dari Loho Raja, Tungkir Raja, Sondi Raja, Butar Raja, Dabariba Raja, Debang Raja dan Batu Raja serta Si Deang Namora Sayangnya, hingga saat ini, siapa orang tua dari Boru Padang Batanghari masih menjadi misteri yang menarik untuk ditelusuri.

Pinggan Matio Boru Padang Batanghari memiliki 7 orang anak laki-laki, yaitu Loho Raja, Tungkir Raja, Sondi Raja, Butar Raja, Dabariba Raja, Debang Raja dan Batu Raja, serta seorang anak perempuan/ boru, yaitu Si Deang Namora.

Seorang raja Pakpak bernama Raja Parultep

Sayangnya, hingga saat ini belum ada catatan atau informasi yang berhasil ditemukan terkait siapa yang menjadi ibu dari Pinggan Matio Boru Padang Batanghari. Meski pencarian terus dilakukan dan berbagai sumber telah dikaji, detail mengenai sosok ibunya masih belum terungkap.

Belum ada data

Makam Pinggan Matio Boru Padang Batanghari terletak di Tugu Raja Silahisabungan, Jalan Tugu Makam Raja Desa, Silalahi III, Silahisabungan, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara, Indonesia.

Opung Suhut Doli (Kakek dari ayah) dari Pinggan Matio Boru Padang Batanghari Tidak ditemukan

Opung Suhut Boru (Nenek dari ayah) dari Pinggan Matio Boru Padang Batanghari Tidak ditemukan

Opung Bao Doli (Kakek dari ibu) dari Pinggan Matio Boru Padang Batanghari Tidak ditemukan

Opung Bao Boru (Nenek dari ibu) dari Pinggan Matio Boru Padang Batanghari Tidak ditemukan

Pinggan Matio Boru Padang Batanghari memiliki seorang suami, yaitu Silahi Sabungan

Sayangnya, Kami belum menemukan informasi tentang siapa Opung Suhut dari Pinggan Matio Boru Padang Batanghari. Perlu diketahui, amangtua/ amanguda adalah saudara laki-laki dari ayah, atau anak laki-laki dari Opung Suhutnya.

Sayangnya, Kami belum menemukan informasi tentang siapa Opung Suhut dari Pinggan Matio Boru Padang Batanghari. Perlu diketahui, Namboru adalah saudara perempuan dari ayah, atau boru dari Opung Suhutnya.

Sayangnya, kita tidak dapat menemukan informasi Bonatulang dari Pinggan Matio Boru Padang Batanghari. Perlu diketahui, Bonatulang adalah tulang dari Ayah. Kita harus menemukan informasi tentang ayah Pinggan Matio Boru Padang Batanghari untuk menemukan siapa Bonatulangnya.

Sayangnya, kita tidak dapat menemukan informasi Bonaniari dari Pinggan Matio Boru Padang Batanghari. Perlu diketahui, Bonaniari adalah tulangnya opung dari Ayah. Kita harus menemukan informasi tentang ayah Pinggan Matio Boru Padang Batanghari untuk menemukan siapa Bonaniarinya.

Sayangnya, kita tidak dapat menemukan informasi Tulang dari Pinggan Matio Boru Padang Batanghari. Perlu diketahui, Tulang adalah saudara laki-laki dari ibu. Kita harus menemukan informasi tentang ibu Pinggan Matio Boru Padang Batanghari untuk menemukan siapa Tulangnya.

Sayangnya, kita tidak dapat menemukan informasi Tulang Rorobot dari Pinggan Matio Boru Padang Batanghari. Perlu diketahui, Tulang Rorobot adalah tulang dari Ibu. Kita harus menemukan informasi tentang Ibu Pinggan Matio Boru Padang Batanghari untuk menemukan siapa Tulang Rorobotnya.

Sabtu, 26 September 2020, 20:09 | Rabu, 16 April 2025, 09:14 | oleh Regina

kuliner

Adat Batak

Wisata Alam

Napak Tilas

Mitologi

Sejarah