Logo Ebatak
Ebatak | Ensiklopedia Batak
Ensiklopedia Batak

Pay Burman: Gitaris Legendaris Berdarah Batak

Kisah Pay Burman, Sang Maestro Bertangan Dingin


Pay Burman
Pay Burman
Pay Burman adalah seorang gitaris legendaris berdarah Batak yang telah memberikan kontribusi besar bagi dunia musik Indonesia. Lahir dengan nama lengkap Parlin Burman Siburian di Pematang Siantar, Sumatra Utara, ia dikenal sebagai mantan gitaris Slank dan pendiri BIP bersama Bongky dan Indra.
Source: ebatak.com
Author: Regina

Saat Anda menyanyikan lagu "Meraih Bintang" di gelaran Asian Games 2018, atau menikmati melodi hits dari Ari Lasso, Kotak, hingga Bunga Citra Lestari, mungkin Anda tidak menyadari adanya satu benang merah yang sama. Di balik puluhan karya monumental tersebut, ada satu nama yang menjadi jaminannya: Parlin Burman Siburian, atau yang lebih kita kenal sebagai Pay Burman. Ia adalah kekuatan sunyi, sang arsitek yang DNA musiknya telah meresap begitu dalam ke industri musik tanah air.

Banyak yang mungkin mengenalnya sebagai gitaris legendaris Slank formasi 13 atau pentolan grup rock BIP. Namun, peran Pay jauh melampaui panggung. Ia adalah seorang maestro bertangan dingin, seorang produser, komposer, dan aransir yang sentuhannya mampu mengubah lagu menjadi emas. Kisahnya adalah perjalanan seorang seniman sejati yang terus berevolusi, membentuk lanskap musik Indonesia dari balik layar.

Daftar Isi

Jika industri musik adalah sebuah bangunan megah, maka Pay Burman adalah salah satu arsitek utamanya. Lewat tangan dinginnya, ia melahirkan banyak sekali karya yang melambungkan nama penyanyi-penyanyi terbesar di Indonesia. Sebut saja Agnes Monica, Once, Ari Lasso, dan Bunga Citra Lestari; mereka semua pernah merasakan sentuhan magis Pay dalam karya-karyanya. Ia memiliki kemampuan langka untuk memahami karakter seorang penyanyi dan menciptakan lagu yang seolah terlahir untuk mereka.

Kiprahnya sebagai produser dan pencipta lagu tak lekang oleh waktu. Ia terus relevan dengan zaman, terbukti dari kolaborasi terbarunya bersama Danar Widianto, juara ketiga X Factor Indonesia, lewat lagu "Dulu" dan "Maafkan Kami yang Belum Fasih Mencintai". Ini menunjukkan bahwa Pay tidak hanya berkutat dengan nama-nama besar, tetapi juga memiliki kepekaan untuk mengorbitkan talenta-talenta baru di era modern.

Puncak dari kejeniusannya sebagai pencipta lagu mungkin paling terasa saat Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games 2018. Lagu "Meraih Bintang" yang ia ciptakan dan dinyanyikan oleh Via Vallen tidak hanya menjadi lagu resmi, tetapi menjelma menjadi lagu kebangsaan non-formal yang dinyanyikan di seluruh penjuru negeri. Dengan ratusan juta penonton di YouTube dan puluhan versi cover dalam berbagai bahasa, karya ini menjadi bukti sahih kemampuannya meracik melodi yang universal dan membangkitkan semangat.

Meskipun kini lebih banyak bekerja di belakang layar, jiwa Pay akan selalu menjadi milik seorang rocker. Namanya terukir dalam sejarah sebagai gitaris Slank Formasi 13, salah satu formasi paling ikonik yang melahirkan album-album legendaris. Bersama Bimbim, Bongky, Indra Q, dan Kaka, Pay ikut andil dalam meletakkan fondasi yang membuat Slank menjadi sebesar sekarang. Riff-riff gitarnya yang khas menjadi bagian tak terpisahkan dari sound Slank di era keemasannya.

Setelah berpisah dari Slank, hasratnya untuk berkarya dalam format band tidak pernah padam. Bersama Bongky dan Indra Q, ia membentuk BIP (Bongky Indra Pay) pada tahun 2000. BIP menjadi wadah bagi idealisme musik mereka yang lebih matang, melahirkan lima album studio seperti "Turun Dari Langit" dan "Udara Segar". Bagi banyak penggemar, BIP adalah bukti bahwa energi rock & roll dari para punggawa Slank F-13 tidak pernah benar-benar hilang, hanya bertransformasi menjadi bentuk baru yang lebih dewasa.

Di luar dua band raksasa tersebut, Pay juga dikenal sebagai musisi yang gemar berkolaborasi dan bereksperimen. Ia pernah terlibat dalam proyek Ahmad Band bersama Ahmad Dhani, membentuk Fargat 727 bersama Once, hingga proyek terbarunya, GENERAL MAYA, yang menggaet vokalis-vokalis rock papan atas seperti Roy Jeconiah dan David Bayu. Bagi Pay, musik adalah sebuah eksplorasi tanpa akhir.

Pengaruh Pay Burman ternyata tidak berhenti di studio rekaman atau di atas panggung. Ia memiliki kepedulian mendalam terhadap masa depan musik dan bangsa Indonesia. Hal ini ia wujudkan dengan menjadi inisiator Festival Nyanyian Anak Negeri (FNAN), sebuah ajang pencarian bakat yang bertujuan mulia untuk menumbuhkan rasa nasionalisme di kalangan generasi muda melalui musik. Ia tidak hanya menggagas, tetapi juga turun langsung sebagai produser dan direktur musik untuk album kompilasi para finalis.

Kepedulian sosialnya semakin terlihat melalui komunitas yang ia dirikan, Indonesia Care Music. Komunitas ini berfokus pada kegiatan sosial dan kemanusiaan, menggunakan musik sebagai medium untuk menyebarkan kebaikan dan menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Ini adalah sisi lain dari seorang Pay Burman, seorang maestro yang ingin memastikan bahwa musik tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga alat untuk membawa perubahan positif bagi masyarakat.

Dalam kehidupan pribadinya, Pay pernah menikah dengan musisi berbakat Dewiq, sebelum akhirnya membangun rumah tangga bersama Irene Anastasya Pricilia yang memberinya tiga orang anak. Dari panggung rock yang hingar bingar, studio rekaman yang sunyi, hingga gerakan sosial yang tulus, Pay Burman telah mendedikasikan hidupnya untuk musik dalam segala aspek. Ia adalah bukti bahwa warisan terbesar seorang musisi bukan hanya lagu yang ia ciptakan, tetapi juga dampak yang ia tinggalkan.

Rabu, 10 September 2025, 16:18 | Senin, 29 September 2025, 00:59 | oleh Regina

Tokoh