Mengenal Suku Pakpak dan Daftar Marganya
Mengenal Batak Pakpak: Sejarah, Sistem Kekerabatan Suak, dan Budaya yang Unik

Ebatak | Ensiklopedia Batak
Orang Pakpak merupakan salah satu kelompok etnis yang termasuk dalam rumpun Batak. Menurut tradisi lisan dan sejarah yang berkembang di kalangan masyarakat Pakpak, nenek moyang mereka berasal dari India Selatan, tepatnya dari wilayah bernama Indika Tondal. Dari tempat asal tersebut, mereka bermigrasi dan tiba di wilayah Muara Tapus yang terletak di sekitar Dairi, Sumatera Utara, lalu berkembang di kawasan yang kini dikenal sebagai Tanah Pakpak.
Proses Pembentukan Suku Pakpak
Sejak dari negeri asalnya, masyarakat Pakpak telah memiliki sistem marga. Namun, setelah bermigrasi dan menetap di wilayah baru, mereka membentuk marga-marga baru yang tidak jauh berbeda dengan marga asalnya. Komunitas ini kemudian dikenal sebagai Suku Pakpak.
Tidak semua orang Pakpak tinggal di atas Tanah Dairi. Sebagian besar menetap di kawasan yang disebut sebagai “Situkak Rube,” “Sipungkah Kuta,” dan “Sukut Ni Talun” di Tanah Pakpak, sedangkan sebagian lainnya merantau ke daerah lain, membentuk komunitas baru, bahkan ada yang mengganti nama dan marga mereka, sehingga secara identitas menjadi bagian dari suku lain, walaupun masih mengetahui asal-usulnya dari Pakpak.
Nenek Moyang dan Garis Keturunan
Leluhur awal orang Pakpak diyakini bernama Kada dan Lona, yang meninggalkan kampung halaman mereka di India dan terdampar di Pantai Dairi. Dari pasangan ini lahirlah seorang anak laki-laki bernama Hyang. Nama Hyang sangat dihormati dan dikeramatkan dalam budaya Pakpak.
Hyang kemudian menikah dengan Putri Raja Dairi dan dikaruniai delapan orang anak: tujuh laki-laki dan satu perempuan, yaitu:
- Mahaji
- Perbaju Bigo
- Ranggar Jodi
- Mpu Bada
- Raja Pako
- Bata
- Sanggir
- Suari (putri)
Peran dan Penyebaran Keturunan Hyang
Di antara anak-anak Hyang, Mpu Bada merupakan tokoh yang paling menonjol. Bahkan, dalam beberapa tradisi Toba, Mpu Bada disebut-sebut sebagai keturunan Parna dari marga Sigalingging.
Distribusi Anak-anak Hyang dan Wilayah yang Mereka Dirikan
- Mahaji: Mendirikan Kerajaan di Banua Harhar (sekarang Hulu Lae Kombih, Kecamatan Siempat Rube).
- Perbaju Bigo: Menuju Timur, mendirikan Kerajaan Simbllo di Silaan (kini STTU Julu).
- Ranggar Jodi: Menuju Utara, membentuk Kerajaan Jodi Buah Leuh dan Nangan Nantampuk Emas (STTU Jehe).
- Mpu Bada: Menuju Barat, melintasi Lae Cinendang dan tinggal di Mpung Si Mbentar Baju.
- Raja Pako: Menuju Timur Laut, membentuk Kerajaan Raja Pako di Sicike-cike.
- Bata: Menuju Selatan, mempunyai seorang putri yang menikah dengan keturunan Tuan Nahkoda Raja. Dari keturunan ini lahir marga: Tinambunen, Tumangger, Maharaja, Turuten, Pinanyungen, dan Anak Ampun.
- Sanggir: Pergi lebih jauh ke Selatan dan diyakini sebagai nenek moyang marga Meka, Mungkur, dan Kelasen.
- Suari: Menikah dengan Putra Raja Dairi dan tinggal di Lebbuh Ntua.
Asal-Usul Beberapa Marga Utama
Dari keturunan Mpu Bada, lahirlah beberapa marga yang menjadi bagian penting dalam masyarakat Pakpak:
- Manik
- Tendang
- Rea (sekarang dikenal sebagai Banurea)
- Permencuari, yang kemudian menurunkan marga Boang Manalu dan Bancin
Pakpak biasanya dimasukkan sebagai bagian dari etnis Batak, sebagaimana Karo, Mandailing, Simalungun, dan Toba. Berdasarkan dialek dan wilayah persebarannya, orang Pakpak terbagi menjadi lima kelompok besar: Pakpak Simsim, Pakpak Keppas, Pakpak Pegagan, Pakpak Kelasen, dan Pakpak Boang.
Kelima kelompok ini dibedakan berdasarkan wilayah komunitas marga dan dialek bahasa yang digunakan. Secara administratif, mereka tidak hanya tinggal di Kabupaten Dairi, tetapi juga di Aceh Singkil, Humbang Hasundutan, dan Tapanuli Tengah.
Pakpak Simsim
Berasal dari wilayah Simsim, termasuk dalam Kabupaten Pakpak Bharat. Marga-marganya antara lain: Berutu, Padang, Bancin, Sinamo, Manik, Sitakar, Kebeaken, Lembeng, Cibro, dan lainnya.
Pakpak Keppas
Berdialek Keppas dan tinggal di Kecamatan Silima Pungga-pungga, Tanah Pinem, Parbuluan, dan Sidikalang di Kabupaten Dairi. Marga-marganya meliputi: Ujung, Capah, Kudadiri, Maha, dan lainnya.
Pakpak Pegagan
Tinggal di Kecamatan Sumbul, Pegagan Hilir, dan Tiga Lingga di Kabupaten Dairi. Marga-marganya antara lain: Lingga, Matanari, Maibang, Manik, dan Siketang.
Pemegang hak adat "Sulang Silima" di antaranya: Marga Matanari di Balna Sikabeng-kabeng (Kuta Gugung), marga Manik di Kuta Manik dan Kuta Usang, serta marga Lingga di Kuta Raja dan Kuta Posong.
Pakpak Kelasen
Berdialek Kelasen dan tinggal di Kecamatan Parlilitan (Kabupaten Humbang Hasundutan) dan Manduamas (Kabupaten Tapanuli Tengah). Marga-marganya meliputi: Tumangger, Tinambunen, Kesogihen, Meka, Maharaja, Ceun, Mungkur, dan lainnya.
Pakpak Boang
Berdialek Boang dan menetap di Kabupaten Singkil, Nanggroe Aceh Darussalam, khususnya Kecamatan Simpang Kiri dan Simpang Kanan. Marga-marganya antara lain: Saraan, Sambo, dan Bacin.
Asal Usul Menurut Tradisi Lisan
Orang Pakpak memiliki versi asal-usul yang berbeda dengan teori antropologis. Beberapa sumber tutur menyebutkan:
- Kelompok awal seperti Simbelo, Simbacang, Siratak, dan Purbaji dianggap sudah ada sebelum kedatangan orang Pakpak.
- Nama-nama penduduk awal seperti Simargaru, Simorgarorgar, Sirumumpur, Silimbiu, Similang-ilang, dan Purbaji.
- Leluhur pertama datang dari India menggunakan rakit besar dan terdampar di Dairi, disebut dalam kitab lapiken atau laklak.
- Penyebaran orang Pakpak Boang dari Singkil ke wilayah Simsim, Keppas, dan Pegagan.
- Asimilasi pendatang dari India Selatan dengan penduduk lokal setelah terdampar di pesisir barat Sumatera.
Jejak India dalam Budaya Pakpak
Dugaan kontak antara leluhur Pakpak dengan pendatang dari India diperkuat oleh nama-nama marga seperti Maha dan Maharaja yang mengandung unsur keindiaan. Namun, dugaan ini masih memerlukan bukti tambahan dari sisi budaya tangible dan intangible.
Beragam Teori Asal Usul
Beberapa teori yang beredar mengenai asal-usul orang Pakpak:
- Berawal dari pendatang India yang masuk ke pedalaman dan membentuk komunitas Pakpak.
- Berasal dari etnis Batak Toba karena adanya kesamaan struktur sosial dan marga.
- Sudah menetap di Tanoh Pakpak sejak dahulu, dibuktikan melalui folklore tiga zaman: zaman Tuara (manusia raksasa), zaman si Aji (manusia primitif), dan zaman manusia modern.
Ketiga teori ini masih bersifat spekulatif dan belum didukung bukti otentik. Oleh karena itu, kajian ilmiah lebih lanjut diperlukan untuk menjelaskan asal-usul suku Pakpak secara lebih pasti.
Daftar Marga Suku Pakpak
Berikut adalah sebagian marga yang dikenal dari masyarakat etnis Batak dari Pakpak:
Nomor | Marga |
---|---|
1 | Angkat |
2 | Bako |
3 | Bancin |
4 | Banurea |
5 | Berampu |
6 | Berasa |
7 | Beringin |
8 | Berutu |
9 | Bintang |
10 | Boangmanalu |
11 | Capah |
12 | Cibro |
13 | Gajah |
14 | Gajah Manik |
15 | Kabeaken |
16 | Keloko |
17 | Kombih |
18 | Kudadiri |
19 | Maha |
20 | Maharaja |
21 | Manik Kecupak |
22 | Matanari |
23 | Meka |
24 | Padang Batanghari |
25 | Sehun |
26 | Siketang |
27 | Simaibang |
28 | Sinamo |
29 | Sinulingga |
30 | Sitakar |
31 | Solin |
32 | Tinambunan |
33 | Tinendung |
34 | Tumanggor |
35 | Turutan |
36 | Ujung |