Sejarah dan Silsilah Marga Karokaro
Merga Silima: Karokaro

Ebatak | Ensiklopedia Batak
Marga Karokaro merupakan salah satu marga yang digunakan oleh etnis Batak dari suku Karo. Marga Karokaro berasal dari Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Indonesia.
Karo-karo adalah salah satu dari lima merga utama dalam sistem kekerabatan Merga Silima di kalangan masyarakat Batak Karo. Dalam tradisi lisan dan legenda yang diwariskan secara turun-temurun, asal-usul Karo-karo memiliki kisah yang menarik dan sarat makna simbolis. Menurut cerita, Karokaro Purba berasal dari wilayah Simalungun dan dikenal memiliki dua istri: seorang puteri dari bangsa Umang dan seekor ular yang dipercaya memiliki makna simbolik, kemungkinan melambangkan seseorang yang mengalami kelumpuhan atau tidak dapat berdiri normal.
Dari istri pertama, lahirlah keturunan yang menjadi cikal bakal merga Purba, Ketaren, dan lainnya yang berasal dari nenek moyang bernama Togan Raya dan Batu Maler.
Sementara dari istri kedua yang berupa ular, lahir nama-nama besar dalam silsilah Karo seperti Sekali, Sinuraya, Ujung, Kemit, Samura, dan Bukit.
Oleh karena itu, dalam tradisi Karo, membunuh ular dianggap tabu sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur mereka.
Merga Karo-karo terdiri dari 17 sub merga yang masing-masing memiliki kisah dan sejarah migrasi tersendiri. Berikut adalah penjelasan singkat mengenai tiap-tiap sub merga:
Karo-karo Sekali
Sub-merga Karo-karo Sekali diyakini sebagai salah satu sub merga tertua dalam rumpun Karo-karo. Berdasarkan legenda, mereka berasal dari kampung Seberaya, Lau Gendek, dan kawasan Taneh Jawa. Usia sub merga ini yang sangat tua menjadikan Sekali sebagai salah satu pilar awal dalam perkembangan masyarakat Karo.
Karo-karo Kemit
Sub-merga Kemit dikenal sebagai pendiri kampung Mulawari. Keberadaan mereka memperlihatkan peran penting dalam penyebaran komunitas Karo, khususnya dalam pembentukan permukiman awal di wilayah Tanah Karo.
Karo-karo Samura
Nama Samura berasal dari sub merga ini sendiri. Mereka menetap di daerah yang kini dikenal sebagai Samura, memperkuat identitas geografis dan genealogis mereka.
Karo-karo Sitepu
Merga Sitepu memiliki kisah yang cukup unik. Menurut legenda, asal mereka bermula dari Sihotang (Toba), lalu berpindah ke wilayah Si Ogung-ogung sebelum menyebar ke Berastepu, Naman, Beganding, dan Sukanalu. Di Naman, sebagian dikenal sebagai Sitepu Pande Besi karena keahlian mereka dalam bidang pandai besi. Adapun Sitepu dari wilayah Toraja (Deskati) dikenal sebagai Sitepu Badiken. Dari Sukanalu, mereka meluas ke Nambiki dan wilayah Sei Bingai. Sitepu Badiken juga tercatat menyebar ke wilayah Langkat, seperti Kuta Tepu.
Karo-karo Sinulingga
Sub-merga Sinulingga diduga memiliki kaitan historis dengan Kerajaan Kalingga di India, berdasarkan nama "Lingga" yang mengacu pada lambang kebesaran dalam budaya India kuno. Keturunan Sinulingga kemudian berpindah ke Tanah Karo dan mendirikan kampung Lingga. Di Kutabuluh, mereka dikenal dengan sebutan Karo-karo Ulun Jandi. Sebagian keturunan juga ditemukan di wilayah Gayo, Alas, dan Pakpak. Dari Sinulingga ini kemudian lahir pecahan sub merga seperti Kacaribu dan Surbakti.
Karo-karo Sinuraya
Sub-merga ini berasal dari wilayah Angkat di Suak Keppas, Tanah Pakpak. Sinuraya disebutkan sebagai saudara kembar dari sub merga Sinuhaji. Mereka mendirikan dua kampung utama: Bunuraya dan Singgamanik. Sinuraya dari Bunuraya kemudian berpindah ke Mulawari dan Sigendang, sementara Sinuraya dari Singgamanik menyebar ke Kandibata dan Seberaya.
Karo-karo Sinuhaji
Bersaudara dengan Sinuraya, sub merga Sinuhaji membentuk perkampungan Aji Si Empat, yaitu Aji Nembah, Aji Jahe, Aji Simbelang, dan Ujung Aji. Hubungan erat dengan Sinuraya menegaskan akar genealogis yang kuat antara keduanya.
Karo-karo Sinukaban
Sub-merga Sinukaban dikenal sebagai penghuni kampung Kaban dan Sumbul di wilayah Tanah Karo. Kedekatan nama dengan kampung yang mereka diami menunjukkan ikatan kuat antara identitas merga dan wilayah domisili mereka.
Karo-karo Surbakti
Surbakti merupakan salah satu sub merga yang memiliki sejarah yang kompleks. Mereka mendirikan kampung Surbakti, dan dalam perkembangannya, merga ini terbagi menjadi beberapa cabang, seperti Surbakti dan Gajah. Sebagian dari keturunan ini juga membentuk sub merga baru yang dikenal sebagai Torong. Perpecahan ini mencerminkan dinamika sosial dan genealogis dalam masyarakat Karo yang terus berkembang.
Karo-karo Kacaribu
Kacaribu adalah sub merga yang berasal dari pecahan Karo-karo Sinulingga. Mereka membentuk komunitas baru dan mendirikan kampung Kacaribu, menandai eksistensi dan kemandirian mereka sebagai kelompok tersendiri dalam struktur Merga Silima.
Karo-karo Barus
Asal-usul Karo-karo Barus diceritakan berasal dari Baros di wilayah Tapanuli Tengah. Nenek moyang mereka dikenal dengan nama Sibelang Pinggel atau Simbelang Cuping, yang berarti “si telinga lebar.” Mereka bermigrasi ke Tanah Karo akibat diusir dari kampung asal karena peristiwa kawin sumbang. Di tempat baru, mereka diterima dan diangkat sebagai saudara oleh merga Purba, karena salah satu dari mereka menikahi impal (perempuan dari garis keturunan Purba). Karena ikatan tersebut, mereka juga sering disebut dengan istilah Suka Piring. Karo-karo Barus kemudian mendirikan kampung Barusjahe, yang masih eksis hingga kini.
Karo-karo Bukit
Karo-karo Bukit merupakan pendiri kampung Bukit dan Buluh Awar. Salah satu sub dari merga ini dikenal sebagai Rurun. Seperti banyak sub merga lainnya, Bukit turut berperan dalam pembentukan pemukiman-pemukiman tradisional masyarakat Karo.
Karo-karo Kaban
Merga Kaban diyakini memiliki hubungan kekerabatan yang erat dengan Karo-karo Sinulingga, dan diyakini berasal dari wilayah Lingga Raja di Tanah Pakpak. Mereka kemudian menetap di daerah seperti Bintang Meriah, Buluh Naman, dan Pernantin.
Karo-karo Ujung (Jung)
Karo-karo Ujung, atau Jung, berasal dari Suak Keppas di Tanah Pakpak. Mereka menyebar dan menetap di beberapa wilayah seperti Kutanangka, Perbesi, Mulawari, Batukarang, dan Kalang.
Karo-karo Purba
Sub-merga Purba berasal dari Kerajaan Purba yang berpusat di Pematang Purba, wilayah Simalungun. Mereka memiliki sejarah panjang dan menyebar ke berbagai wilayah seperti Kabanjahe, Berastagi, Kandibata, Bandar Baru, Pancur Batu, dan Lau Cih. Dalam perkembangannya, merga ini terbagi menjadi dua rumah besar: Purba Rumah Kabanjahe dan Purba Rumah Berastagi.
Karo-karo Ketaren
Merga Ketaren diyakini merupakan kelanjutan atau cabang dari sub merga Purba. Nenek moyang mereka berasal dari Kabanjahe dan dikenal dengan nama Raya dan Batu Maler. Peran tokoh-tokoh ini penting dalam jejak migrasi dan pembentukan komunitas Karo di daerah tersebut.
Karo-karo Gurusinga
Menurut cerita masyarakat, Gurusinga merupakan anak angkat dari Karo-karo Surbakti. Hal ini bermula ketika ayah dari nenek moyang Gurusinga telah meninggal sebelum anaknya lahir. Oleh karena itu, keturunan Gurusinga memanggil Karo-karo Surbakti sebagai ayah. Dari hubungan inilah muncul sebutan Gurusinga Surbakti, sebuah julukan yang menegaskan ikatan batin dan sosial antar sub merga.