Palti Raja Sinaga: Tarombo dan parturuan anak Raja Pande
Palti Raja: anak Raja Pande, Generasi Ke-4 marga Sinaga.

Dalam cerita turun-temurun masyarakat Batak, gelar Palti Raja bukanlah sekadar gelar adat, melainkan sebuah warisan kesaktian yang diyakini setara dengan yang dimiliki oleh keturunan Raja Manghutal
Source: TOGA SINAGA dan RADJA OMPU PALTI RAJA
URL: https://baritarhsinaga.blogspot.com/2021/01/blog-post.html
Author: baritarhsinaga
Ompu Palti Raja, putra dari Raja Pande, adalah orang pertama yang dikenal menggunakan gelar Palti Raja. Ia menikahi Boru Sinambela, yang berasal dari keluarga Si Singamangaraja. Dalam cerita turun-temurun masyarakat Batak, gelar Palti Raja bukanlah sekadar gelar adat, melainkan sebuah warisan kesaktian yang diyakini setara dengan yang dimiliki oleh keturunan Raja Manghutal (Si Singamangaraja pertama).
Palti Raja menjadi pemimpin atau raja bius di wilayah Urat dan sekitarnya. Meskipun Si Singamangaraja dikenal sebagai pemimpin spiritual dan politik bagi wilayah yang luas termasuk Urat, namun dalam praktiknya kekuasaan Si Singamangaraja di wilayah itu tidak sepenuhnya diakui oleh masyarakat setempat. Wilayah Urat menjalankan sistem bius yang otonom, berada di bawah kekuasaan langsung Palti Raja sebagai pemimpin adat yang dihormati dan ditaati oleh masyarakatnya.
Pada masa generasi berikutnya, wilayah Pangururan mengalami kemarau panjang yang menyebabkan krisis pangan. Tanaman banyak yang mati dan masyarakat mulai kelaparan. Dalam situasi darurat itu, penduduk bermarga Sinaga di Pangururan meminta pertolongan kepada Ompu Palti Raja. Menanggapi permintaan tersebut, Ompu Palti Raja datang ke Pangururan dan menanam pohon hariara (beringin) serta meletakkan dua buah batu di dekatnya. Kedua batu itu kemudian dikenal sebagai Batusomong.
Setelah batu tersebut dimandikan dengan air, hujan pun turun membasahi tanah yang kering. Ompu Palti Raja kemudian memberikan pesan kepada masyarakat Pangururan bahwa apabila kemarau kembali melanda, Batusomong itulah yang harus dimandikan. Sebaliknya, apabila hujan berkepanjangan menyebabkan banjir dan kerusakan, batu itu harus dijemur (didiangkan) agar hujan berhenti. Hingga kini, kisah ini masih hidup dalam ingatan masyarakat sebagai bukti kesaktian dan kebijaksanaan Ompu Palti Raja.