Sejarah dan Silsilah Marga Dasopang
Marga Dasopang: Sejarah, Legenda, dan Kebangkitan Marwah

Ebatak | Ensiklopedia Batak
Marga Dasopang merupakan salah satu marga yang digunakan oleh etnis Batak dari suku Mandailing.
Marga Dasopang merupakan salah satu marga yang memiliki akar kuat dalam masyarakat Batak, terutama di wilayah Mandailing dan sekitarnya. Marga ini menyimpan sejarah panjang yang diwarnai dengan legenda yang mendalam, kekayaan budaya, serta nilai-nilai luhur yang terus diwariskan oleh para keturunannya. Artikel ini akan mengupas tuntas mengenai berbagai perspektif asal-usul Marga Dasopang, kisah legendaris Naga Marsarpang, semangat silaturahmi yang terjalin erat, hingga inisiatif pelestarian budaya yang diusung oleh generasi penerus marga ini.
Asal Usul dan Persebaran Marga Dasopang
Marga Dasopang berakar dari wilayah Mandailing, Sumatera Utara, dan memegang peranan penting dalam struktur kekerabatan masyarakat Batak. Secara tradisional, Marga Dasopang diyakini memiliki hubungan erat dengan marga Hasibuan, dan seringkali kedua marga ini disebut bersama dalam konteks sejarah dan adat. Namun, terdapat beragam pandangan mengenai asal-usul Marga Dasopang ini.
Beberapa informasi menyebutkan bahwa Marga Dasopang memiliki keterkaitan dengan Marga Hutagalung, yang merupakan merupakan turunan dari marga Hasibuan. Ada pula pandangan lain yang menyatakan bahwa Marga Dasopang memiliki hubungan dengan Marga Sitompul, juga dari kelompok Toba. Perbedaan pandangan ini menunjukkan kompleksitas dalam menelusuri akar sejarah marga-marga Batak, di mana migrasi dan hubungan antar wilayah dapat memengaruhi perkembangan dan persepsi asal-usul suatu marga. Kendati demikian, kuatnya ikatan dengan Marga Hasibuan tetap menjadi narasi yang dominan di wilayah Mandailing.
Seiring berjalannya waktu, keturunan Marga Dasopang telah meluas ke berbagai penjuru, termasuk Kotapinang di Labuhan Batu Selatan, serta wilayah Padang Lawas. Di Kotapinang, Marga Dasopang diakui sebagai salah satu suku Batak asli yang telah mendiami kawasan tersebut jauh sebelum kedatangan marga Tamba dan pengaruh keturunan Pagaruyung Minangkabau.
Legenda Naga Marsarpang dan Sumpah Raja Banualahi
Sebuah legenda yang mendalam mewarnai sejarah Marga Dasopang, yaitu kisah tentang Naga Marsarpang, yang merupakan anak bungsu dari Raja Banualahi. Menurut cerita yang diwariskan, Naga Marsarpang dikorbankan sebagai tumbal dalam proses pembangunan Bagas Godang (rumah besar atau istana raja), di mana ia dijadikan sebagai landasan tiang utama (toras). Tragedi ini terjadi akibat kelalaian para panglima kerajaan yang tidak melakukan verifikasi yang tepat mengenai siapa yang seharusnya menjadi tumbal.
Peristiwa pilu ini mengguncang Raja Banualahi hingga beliau mengeluarkan sumpah yang berlaku bagi keturunannya, terutama yang berasal dari marga Hasibuan atau Dasopang. Sumpah tersebut melarang penggunaan kayu Sopang atau Toras Ni Hayu sebagai material untuk perabot rumah tangga maupun tiang penyangga rumah. Diyakini bahwa selama tujuh generasi, siapapun yang melanggar sumpah ini akan mengalami kehidupan yang penuh kesengsaraan, kemiskinan, serta kegagalan dalam berbagai aspek kehidupan.
Silaturahmi dan Halal Bihalal Marga Dasopang
Dalam momen perayaan Hari Raya Idul Fitri tahun 2017, sebuah peristiwa bersejarah dan penuh kehangatan terjadi di Desa Pangirkiran, Kecamatan Halongonan, Kabupaten Padang Lawas. Drs. H. Marwan Dasopang, M.Si., seorang anggota DPR-RI yang berasal dari Sumatera Utara, bersama dengan tokoh-tokoh masyarakat dan para raja dari keturunan Marga Dasopang, menyelenggarakan acara halal bihalal dan silaturahmi akbar. Berita mengenai acara ini diliput oleh Riau Nusantara dalam artikel berjudul Biro Suara Aktual Halal bi Halal Bersama Anggota DPR-RI.
Para utusan yang hadir dalam acara tersebut datang dari berbagai kabupaten dan kecamatan di seluruh Sumatera Utara. Pertemuan tatap muka ini merupakan realisasi dari perkenalan dan interaksi antar sesama anggota marga Dasopang melalui platform media sosial, yang kemudian diwujudkan secara fisik di kediaman Sahril Dasopang. Ide brilian ini diprakarsai oleh Panigoran Dasopang dan mendapatkan dukungan luas dari berbagai tokoh terkemuka Marga Dasopang yang tersebar di berbagai penjuru tanah Batak.
Acara yang berlangsung sejak pagi hingga menjelang sore hari ini dipenuhi dengan suasana keakraban, tawa riang, serta rasa persaudaraan yang mendalam. Menjelang waktu salat zuhur, acara dibuka secara resmi oleh Panigoran Dasopang, yang disambut dengan antusiasme tinggi oleh seluruh hadirin. Selanjutnya, Drs. H. Marwan Dasopang menyampaikan orasi budaya yang membakar semangat serta gagasan-gagasan inovatif untuk mengembalikan kejayaan dan kehormatan Marga Dasopang.
Rencana Pemugaran dan Doa Bersama
Sebagai upaya untuk menghapus jejak sumpah masa lalu dan sebagai wujud penghormatan yang mendalam terhadap para leluhur, para tokoh terkemuka Marga Dasopang telah menyusun sebuah rencana yang dianggap suci: pemugaran lokasi yang diyakini sebagai tempat berdirinya tiang Toras yang dahulu merenggut nyawa Naga Marsarpang. Pemugaran ini tidak hanya bersifat fisik, melainkan juga memiliki makna simbolis yang kuat—sebagai langkah untuk membangkitkan kembali semangat, martabat, serta jati diri sebagai keturunan raja.
Rencana pemugaran tersebut mencakup tiga tahapan krusial:
- Pembersihan Tunggul Tiang Toras – melambangkan pembersihan trauma sejarah serta dendam yang mungkin masih tersisa.
- Penimbunan Layaknya Sebuah Makam – sebagai bentuk penghormatan terakhir dan memberikan tempat peristirahatan yang layak bagi arwah leluhur.
- Ungkapan Syukur atau Kirim Doa – sebagai manifestasi harapan akan masa depan yang lebih cerah dan penuh berkah bagi seluruh keturunan Dasopang.
Langkah monumental ini diharapkan menjadi titik balik kebangkitan spiritual, budaya, dan sosial bagi seluruh anggota marga Dasopang. Semangat untuk menggali kembali sejarah leluhur, menyatukan potensi antar wilayah, serta membangun identitas marga dengan rasa bangga kini semakin menggelora di kalangan generasi muda.
Marga Dasopang adalah representasi nyata bagaimana sejarah dan budaya dapat menjelma menjadi kekuatan pemersatu yang luar biasa. Merentang dari legenda Naga Marsarpang yang penuh misteri hingga pertemuan akbar yang membangkitkan semangat persaudaraan, marga ini menunjukkan dedikasi yang tinggi untuk melestarikan warisan leluhur sambil menatap masa depan dengan optimisme.
Semangat kebersamaan dan ketulusan hati para keturunan marga Dasopang, baik yang menetap di tanah kelahiran maupun yang merantau, menjadi fondasi yang kokoh bagi kebangkitan marwah dan jati diri marga. Dengan menghormati akar sejarah dan bersatu dalam visi yang mulia, Marga Dasopang kini tengah menulis babak baru yang penuh harapan dan kekuatan.