Logo Ebatak
Ebatak | Ensiklopedia Batak
Ensiklopedia Batak

Sejarah dan Silsilah Marga Sarumpaet

Sarumpaet: Persatuan Marga Laguboti di Perantauan dan Pengaruhnya


ebatak.com
ebatak.com
Ebatak | Ensiklopedia Batak

Marga Sarumpaet merupakan salah satu marga yang digunakan oleh etnis Batak dari suku Toba. Marga Sarumpaet berasal dari Laguboti, Kabupaten Toba, Sumatera Utara, Indonesia.

Sarumpaet merupakan salah satu contoh menarik dalam dinamika sosial masyarakat Batak Toba. Istilah ini bukanlah nama marga dalam pengertian tradisional, melainkan sebuah nama koalisi atau persatuan strategis yang digunakan oleh sejumlah marga yang berasal dari wilayah Laguboti, khususnya saat mereka merantau ke luar wilayah Laguboti kala itu.

Marga yang tergabung dalam persatuan ini adalah kelompok marga dari keturunan Raja Sipaettua, antara lain Hutahaean, Aruan, Hutajulu, Sibarani, Sibuea, Pangaribuan, dan Hutapea. Fenomena ini memperlihatkan bagaimana adaptasi sosial dan kebutuhan akan solidaritas mendorong pembentukan identitas kolektif baru di lingkungan yang berbeda.

Motivasi Pembentukan Koalisi Sarumpaet

Seorang pemerhati tarombo dan silsilah Batak, Roganda Sibarani, menjelaskan bahwa beberapa alasan yang mendorong munculnya nama Sarumpaet sebagai identitas bersama di tanah perantauan meliputi:

  • Solidaritas dan Keamanan: Dalam lingkungan baru yang asing, persatuan di bawah nama bersama memberi rasa aman dan dukungan sosial antar sesama perantau dari Laguboti.
  • Identifikasi Bersama: Penggunaan satu nama memudahkan proses identifikasi di tengah masyarakat yang heterogen, baik dari kalangan Batak sendiri maupun non-Batak.
  • Pengaruh Sosial dan Politik: Dengan menyatukan kekuatan, koalisi ini bisa menjadi entitas sosial yang diperhitungkan dalam percaturan politik dan sosial lokal.
  • Efisiensi Interaksi: Dalam berbagai interaksi administratif atau sosial, nama kolektif lebih praktis digunakan dibandingkan menyebutkan satu per satu marga asal.

Wilayah Utama Penggunaan Nama Sarumpaet

Roganda Sibarani juga menjelaskan bahwa penggunaan nama Sarumpaet paling menonjol di dua wilayah tujuan utama para perantau Laguboti, yaitu Sibolga dan Silindung. Di Sibolga, sebagai kota pelabuhan dengan arus migrasi tinggi, koalisi ini mempermudah proses adaptasi dan integrasi sosial. Sementara di Silindung, wilayah yang juga dihuni oleh berbagai kelompok marga Batak lainnya, penggunaan nama ini memungkinkan perantau Laguboti membentuk identitas kohesif yang membedakan mereka dari kelompok lain.

Peran Sosial dan Politik dalam Masyarakat Lokal

Meskipun tidak selalu terlihat secara formal, koalisi Sarumpaet berpotensi memainkan peran signifikan dalam dinamika sosial dan politik lokal. Beberapa potensi peran tersebut antara lain:

  • Blok Kekuatan Etnis: Mewakili kekuatan kolektif yang cukup besar dalam konteks keberagaman marga di wilayah perantauan.
  • Negosiasi dan Advokasi: Memiliki posisi tawar lebih kuat dalam memperjuangkan kepentingan komunitas mereka, baik secara sosial, ekonomi, maupun politik.
  • Dukungan Politik: Menjadi basis massa yang solid dalam pemilihan lokal, terutama jika ada tokoh yang berasal dari kelompok mereka.
  • Pengaruh Sosial dan Ekonomi: Menguatkan jaringan usaha dan hubungan sosial antar anggotanya.
  • Pelestarian Identitas Budaya: Menjadi wadah pelestarian budaya dan nilai-nilai asal Laguboti, meskipun berada di tanah rantau.

Pemahaman terhadap Identitas Marga Asli

Roganda Sibarani menjelaskan bahwa walaupun memakai nama kolektif Sarumpaet dalam kehidupan sosial mereka di perantauan, hal ini tidak menghapus kesadaran dan keterikatan terhadap marga asli masing-masing. Misalnya, keturunan Raja Parjalang Sibarani yang bermigrasi ke Silindung tetap mengetahui bahwa mereka adalah bagian dari marga Sibarani dan masih aktif dalam persatuan marga Sibarani Parjalang.

Fakta ini menunjukkan bahwa penggunaan nama kolektif semacam Sarumpaet lebih bersifat fungsional dan strategis untuk konteks sosial tertentu, bukan pengganti identitas kekerabatan tradisional Batak Toba yang bersifat primordial.

Perkembangan Terkini: Kembali ke Marga Asli

Roganda Sibarani menjelaskan bahwa seiring dengan kemerdekaan Indonesia dan berkembangnya sistem administrasi yang lebih stabil, banyak keturunan dari marga-marga Laguboti yang sebelumnya menggunakan nama Sarumpaet mulai kembali menggunakan nama marga aslinya. Meskipun dalam beberapa kasus nama Sarumpaet masih digunakan karena alasan administrasi atau pencatatan lama, namun secara sadar, para orang tua mulai mengajarkan kepada anak-anak mereka untuk mengenali dan menggunakan kembali marganya masing-masing.

Menariknya, di tengah arus kembalinya ke identitas marga asli, keturunan Sibarani Parjalang masih banyak yang tetap menggunakan nama Sarumpaet. Bahkan pada makam leluhur mereka, Ompu Surambi, tertulis nama Ompu Surambi Sarumpaet. Ini menunjukkan bahwa dalam beberapa konteks tertentu, penggunaan nama ini telah melekat secara historis dan emosional, serta menjadi bagian dari identitas komunitas yang lebih luas.

Roganda Sibarani menekankan bahwa Sarumpaet adalah bentuk adaptasi sosial yang muncul dari kebutuhan untuk bersatu dalam lingkungan baru yang kompleks. Persatuan ini merupakan strategi cerdas marga-marga keturunan Raja Sipaettua dari Laguboti untuk memperkuat posisi mereka di tanah perantauan seperti Sibolga dan Silindung. Meski demikian, ikatan terhadap marga asli tetap dijaga dan diwariskan dari generasi ke generasi.

Perkembangan terkini menunjukkan bahwa kesadaran akan pentingnya identitas marga tradisional kembali menguat, meskipun dalam beberapa kasus, jejak penggunaan Sarumpaet tetap hidup sebagai simbol sejarah dan solidaritas. Maka, Sarumpaet bukan sekadar nama, tetapi cermin dari fleksibilitas budaya Batak Toba dalam menghadapi perubahan zaman, tanpa melupakan akar budayanya.

Sabtu, 19 April 2025, 11:15 | Sabtu, 19 April 2025, 11:15 | oleh Regina

kuliner

Adat Batak

Wisata Alam

Napak Tilas

Mitologi

Sejarah