Logo Ebatak
Ebatak | Ensiklopedia Batak
Ensiklopedia Batak

Mengenal Suku Angkola dan Daftar Marganya

Mengenal Batak Angkola: Sejarah, Budaya Unik, dan Sistem Kekerabatan


ebatak.com
ebatak.com
Ebatak | Ensiklopedia Batak

Batak Angkola adalah salah satu kelompok etnis Batak yang mendiami wilayah selatan Tapanuli. Daerah tempat tinggal mereka meliputi Kabupaten Tapanuli Selatan, Kota Padang Sidempuan, Kabupaten Padang Lawas Utara, Kabupaten Padang Lawas, dan sebagian wilayah Kabupaten Mandailing Natal.

Suku Batak Angkola memiliki hubungan keluarga yang erat (tarombo) dengan marga-marga dari Batak Toba dan Batak Mandailing. Ketiga kelompok ini juga memiliki kesamaan dalam hal bahasa dan budaya.

Sejarah Pemerintahan Wilayah Angkola

Sebelum Indonesia merdeka, wilayah Tapanuli Selatan terbagi menjadi beberapa Onder Afdeling (setingkat kewedanaan), di antaranya adalah Angkola dan Sipirok yang berpusat di Padang Sidempuan, Padang Lawas yang berpusat di Sibuhuan, dan Mandailing yang berpusat di Kota Nopan.

Setiap Onder Afdeling membawahi beberapa Onder Distrik (setingkat kecamatan) seperti Padang Sidempuan, Batang Toru, dan Sipirok. Setelah tahun 1949, seluruh wilayah ini disatukan menjadi satu kabupaten dengan pusat pemerintahan di Padang Sidempuan.

Angkola Sebagai Sebuah Etnis

Angkola bukan sekadar nama wilayah, melainkan juga merupakan identitas etnis yang telah ada sejak ribuan tahun lalu. Berdasarkan catatan sejarah, wilayah ini telah dihuni sejak sekitar 9.000 tahun sebelum Masehi oleh komunitas asli yang dikenal sebagai Etnis Batak Angkola. Mereka bukanlah kelompok yang memisahkan diri dari etnis lain, melainkan sebuah komunitas yang berdiri sendiri dengan identitasnya sendiri.

Beberapa kerajaan yang pernah berdiri dan berkuasa di wilayah ini antara lain Sabungan, Batunadua, Sipirok/Parau Sorat, Muara Tais, dan Batang Toru.

Ciri Khas Budaya dan Adat Batak Angkola

  • Memiliki falsafah hidup yang dikenal dengan Dalihan Na Tolu (tiga tungku).
  • Mempertahankan adat istiadat dan budaya yang kaya dan lestari.
  • Memiliki pakaian adat tersendiri dengan kain tenun khas (ulos) seperti Abit Godang dan Sadun.
  • Menggunakan bahasa dengan aksara khas yang berbeda dari etnis Batak lainnya, dilengkapi dengan simbol untuk membedakan perubahan bunyi.
  • Memiliki sistem tutur (sistem sapaan kekerabatan) yang sangat kaya, mencakup lebih dari 135 jenis sapaan.
  • Memiliki kitab hukum adat yang terkenal, yaitu Buku Adat Batak Angkola yang ditulis oleh Stn. Tinggibarani Siregar.

Pendidikan Bahasa dan Aksara Angkola di Masa Lalu

Pada masa lampau, Bahasa dan Aksara Batak Angkola diajarkan secara formal di tingkat Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di seluruh wilayah Tapanuli Selatan. Materi pelajaran mencakup Impola ni Hata (tata bahasa), Turi-turian (berbagai cerita dan narasi), serta nilai-nilai moral dan sosial yang dijunjung tinggi oleh masyarakat.

Sistem Kekerabatan Masyarakat Batak Angkola

Masyarakat Batak Angkola menganut sistem kekerabatan patrilineal, yang mana garis keturunan ditarik melalui pihak ayah. Hal ini ditandai dengan penggunaan marga sebagai identitas utama setiap individu. Beberapa marga utama dalam etnis Angkola antara lain Harahap, Siregar, dan Pane.

Dalam falsafah Dalihan Na Tolu, hubungan kekeluargaan dibagi menjadi tiga kelompok utama:

  1. Mora – pihak keluarga pemberi istri ( boru ), yang sangat dihormati dalam setiap acara adat.
  2. Suhut/Kahanggi – tuan rumah atau pihak penyelenggara acara adat (pemilik hajat).
  3. Anak Boru – pihak keluarga penerima istri ( boru ).

Minimnya Pengenalan Terhadap Etnis Angkola

Sayangnya, masih banyak orang di luar wilayahnya yang kurang mengenal keberadaan etnis Angkola. Beberapa faktor yang menjadi penyebab kurangnya pengenalan ini antara lain:

  • Adanya anggapan yang keliru bahwa seluruh penduduk Tapanuli Selatan adalah bagian dari Batak Mandailing.
  • Jumlah tokoh atau ahli sejarah Batak Angkola yang aktif berbagi pengetahuan masih terbatas.
  • Kurangnya minat dari generasi muda untuk mempelajari sejarah dan adat istiadat mereka sendiri.

Meskipun terdapat beberapa kesamaan dalam adat dan budaya antara Batak Mandailing dan Batak Angkola, penting untuk diingat bahwa keduanya tetap merupakan kelompok etnis yang berbeda dengan identitas masing-masing.

Sejarah Kain Ulos Batak Angkola

Menurut B.G. Siregar dalam bukunya yang berjudul Surat Tumbangan Holing (terbit tahun 1984), asal-usul Batak Angkola dapat ditelusuri hingga daerah Porboti, yang terletak di wilayah Padang Lawas (dahulu dikenal sebagai Padang Bolak). Di daerah Portibi, terdapat kompleks Candi Biara yang merupakan peninggalan dari masa pengaruh agama Hindu dan Buddha, menunjukkan adanya interaksi budaya dengan India dan Jawa pada masa lampau.

Kompleks candi ini terdiri dari beberapa bangunan yang dikenal dengan nama Bahal I, Bahal II, dan Bahal III, dengan berbagai ukiran dan relief yang menggambarkan aktivitas budaya dan keagamaan masyarakat pada masa tersebut.

Karakteristik Bahasa Batak Angkola

Bahasa Batak Angkola memiliki kemiripan dengan Bahasa Batak Toba dan Batak Mandailing. Perbedaan utama terletak pada kosakata yang digunakan serta intonasi atau nada bicara. Dialek Angkola seringkali terdengar lebih lembut dibandingkan dengan Batak Toba, namun lebih tegas jika dibandingkan dengan Batak Mandailing.

Daftar Marga Suku Angkola

Berikut adalah sebagian marga yang dikenal dari masyarakat etnis Batak dari Angkola:

Kamis, 17 April 2025, 23:50 | Kamis, 17 April 2025, 23:50 | oleh Regina

Mitologi