Dalam kepercayaan masyarakat Batak Karo, manusia dipandang sebagai makhluk yang terdiri dari beberapa elemen penting yang saling terhubung. Tiga elemen utama yang membentuk manusia menurut keyakinan ini adalah:
Tendi (Jiwa)
Tendi adalah jiwa atau esensi spiritual yang ada pada setiap manusia. Ia adalah inti dari kehidupan seseorang, yang menghubungkan tubuh dengan dunia spiritual. Tendi merupakan elemen yang memberi kehidupan pada tubuh fisik dan merupakan bagian yang tak tampak, tetapi sangat penting dalam kehidupan manusia.
Begu (Roh Orang yang Sudah Meninggal)
Begu adalah roh orang yang telah meninggal, sering dianggap sebagai hantu. Roh ini tetap ada setelah seseorang meninggal dan dipercaya dapat berinteraksi dengan dunia hidup, baik untuk memberi berkah atau bahkan gangguan. Kehadiran Begu adalah bagian dari pemahaman spiritual masyarakat Batak Karo tentang kehidupan setelah mati.
Kula (Tubuh)
Kula adalah tubuh fisik yang menjadi tempat bagi tendi selama hidup. Tubuh adalah bagian fisik yang terlihat dan terasa, tetapi ia hanya ada sementara waktu, dan pada saat kematian, tubuh akan hancur sementara tendi berpisah dari tubuh. Ketika tendi berpisah dengan tubuh, seseorang akan sakit, dan jika tendi tidak kembali, kematian akan terjadi.
Konsep ini menggambarkan bahwa tendi dan tubuh adalah satu kesatuan yang utuh selama seseorang hidup. Ketika tendi hilang, maka tubuh tidak lagi berfungsi dengan baik, yang bisa menyebabkan penyakit atau kematian. Pengobatan tradisional dalam masyarakat Batak Karo sering kali berfokus pada pemanggilan kembali tendi yang hilang jika seseorang sakit, sebagai usaha untuk memulihkan keseimbangan dalam diri mereka.
Masyarakat Batak Karo meyakini bahwa alam semesta ini dipenuhi oleh tendi. Setiap titik dalam alam semesta mengandung tendi, dan seluruh alam semesta ini, yang terdiri dari berbagai elemen spiritual dan fisik, disebut sebagai Dibata—kesatuan totalitas dari segala sesuatu di dunia ini. Sebagai bagian dari alam semesta, manusia dianggap sebagai semesta kecil yang terdiri dari:
- Kula (Tubuh)
- Tendi (Jiwa)
- Pusuh Peraten (Perasaan)
- Kesah (Napas)
- Ukur (Pikiran)
Semua bagian ini saling berhubungan, dan keseimbangan antar elemen-elemen tersebut sangat penting. Dalam pandangan ini, manusia dipandang sebagai miniatur alam semesta, di mana keseimbangan dalam diri manusia juga mencerminkan keseimbangan alam semesta secara keseluruhan. Jika salah satu bagian terganggu, maka keseimbangan dalam diri manusia akan rusak, yang dapat berdampak pada kesehatan fisik, emosional, dan spiritual.
Pemikiran dan Tanggung Jawab Manusia
Daya pikir manusia (ukur) memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan antara dunia internal (batin) dan eksternal (lingkungan sekitar). Pikiran dianggap sebagai penghubung antara manusia dengan dunia luar dan dengan kekuatan gaib. Oleh karena itu, manusia memiliki tanggung jawab untuk menjaga keseimbangan tidak hanya dalam dirinya, tetapi juga dengan lingkungan dan masyarakat di sekitarnya.
Karena itu, banyak orang Karo yang mengadakan acara adat atau ritual untuk menjaga keseimbangan ini. Acara-acara adat tersebut bertujuan untuk memelihara keharmonisan antara tubuh, jiwa, dan alam semesta, serta untuk menghubungkan dunia spiritual dengan dunia nyata. Upacara adat ini merupakan salah satu cara masyarakat Batak Karo untuk mencapai keseimbangan dalam manusia dan dalam hubungan mereka dengan dunia luar.