Silsilah, partuturan dan tarombo Raja Mardobur Sirait
Raja Mardobur Sirait Tercatat sebagai Marga Sirait (Generasi ke-4) adalah anak dari Ompu Raja. Istri dari Raja Mardobur Sirait adalah Pausaga Pansamotan.. Sebagian besar keturunan cucu Raja Sirait Siahaan ini berasal dari Lumban Siahaan Sibisa, sebuah kampung yang terletak di Desa Sibisa.

Ebatak | Ensiklopedia Batak
Tabel Partuturan Raja Mardobur Sirait
Nama | Raja Mardobur Sirait [Generasi ke-10 dari Si Raja Batak.] |
Marga | Sirait [Generasi ke-4] |
Istri | |
Anak | |
Boru (Anak Perempuan) | |
Among na (Bapak) | Ompu Raja |
Ompung Doli na (Kakek dari pihak Bapak) | Raja Sirait Siahaan |
Amanguda na (Adik dari Bapak) | |
Namboru na (Saudara perempuan dari Bapak) | |
Daerah asal | Lumban Siahaan Sibisa, sebuah kampung yang terletak di Desa Sibisa |
Raja Mardobur Sirait lahir di Lumban Siahaan Sibisa, sebuah kampung yang terletak di Desa Sibisa. Dahulu, Sibisa adalah bagian dari Bius di wilayah Uluan, namun kini sudah dimekarkan menjadi beberapa desa dan masuk dalam Kecamatan Ajibata setelah pemekaran dari Kecamatan Lumbanjulu.
Raja Mardobur adalah anak dari Ompu Raja Sirait dan boru Naibaho. Nama "Mardobur" memiliki arti "berdebur", seperti suara ombak yang menghantam pantai. Raja Mardobur adalah generasi keempat dari keluarga Sirait dan cucu dari Sirait Siahaan.
Ketika dewasa, Raja Mardobur merantau dari Lumban Siahaan dengan membawa "pagar silintong boru-boru", alat batu yang berfungsi sebagai penangkal racun. Dia pertama kali tiba di Lumban Lintong, di mana dia tinggal sementara dan membuka ladang pertanian. Kemudian, Raja Mardobur pindah lagi hingga akhirnya sampai di daerah yang sekarang dikenal dengan nama Sirait Holbung, yang terletak di Desa Nagatimbul, Kecamatan Lumbanjulu.
Sirait Holbung adalah daerah pertanian subur yang terletak di hulu Sungai Aek Mandosi. Mata air dari dataran tinggi Sibisa dan pegunungan sekitar mengalir di sini, memberikan sumber air yang melimpah untuk pertanian dan kehidupan sehari-hari. Dengan sumber daya alam yang melimpah, pertanian padi di daerah ini berkembang pesat, membawa kemakmuran bagi Raja Mardobur dan keturunannya.
Raja Mardobur menikah dengan Pausaga boru Nababan, putri dari Raja Pamonai Mangambit Naibaho Nababan dan Siboru Tailan boru Simanjuntak.
Raja Pamonai Mangambit Naibaho Nababan adalah mertua dari Raja Mardobur. Kisah tentang Raja Mangambit bisa ditemukan di blog Arifin Nababan. Dalam cerita tersebut, diceritakan bahwa Raja Mangambit memiliki keturunan yang sangat dihormati oleh masyarakat. Nama Naibaho diambil dari marga keluarga Raja Mangambit, yang sangat penting dalam sejarah Batak.
Salah satu ibunda Raja Mardobur, Mambang Pinilitan boru Sirait, menikah dengan Raja Sipartano Sibarani. Keturunan dari Raja Mardobur memiliki hubungan erat dengan keluarga Sibarani, yang juga memiliki sejarah panjang dalam pernikahan dengan boru Sirait. Hal ini mempererat hubungan antara marga Sirait dan Sibarani.
Adapun keturunan dari Raja Mardobur adalah lima anak, yaitu: Guru Mallonging, Raja Situatua, Raja Sapalatua, Raja Solotan, dan Ompu Tombak Mataniari. Masing-masing anak ini menetap di berbagai kampung, di antaranya: Guru Mallonging di Lumban Lintong, Raja Situatua di Sirait Holbung, Raja Sapalatua di Sibadihon Toruan, Raja Solotan di Siraituruk Pasir, dan Ompu Tombak Mataniari di Lumban Simarindahan, Porsea. Keturunan mereka kemudian menyebar ke berbagai wilayah seperti Marom dan Lumban Sirait Gu Parmaksian.