Logo Ebatak
Ebatak | Ensiklopedia Batak
Ensiklopedia Batak

Siboru Biding Laut: Dari Tanah Batak ke Laut Selatan

Legenda Tuan Saribu Raja dan Siboru Pareme: Cinta Terlarang, Pengusiran, dan Kesaktian Siboru Biding Laut


Ilustrasi Si Boru Biding Laut
Ilustrasi Si Boru Biding Laut
Si Boru Biding Laut adalah adik Tuan Saribu Raja yang penuh kesetiaan. Ia berusaha mencari kakaknya, namun takdir membawanya ke laut. Dalam keputusasaan, ia menjadi pengabdi Ratu Sekar Jagat Wijaya Kusuma dan bertransformasi menjadi pelindung lautan serta simbol keadilan.
Source: ebatak.com
Author: Regina

Tuan Saribu Raja dan Siboru Pareme lahir sebagai anak kembar dampit dari pasangan Guru Tatea Bulan. Keduanya memiliki ikatan batin yang sangat erat, hingga akhirnya menimbulkan kisah tragis dalam sejarah Batak. Hubungan terlarang mereka menyebabkan kemarahan keluarga, berujung pada pengusiran dari tanah leluhur.

Namun, kisah ini tidak hanya tentang cinta terlarang dan hukuman adat. Saudari mereka, Siboru Biding Laut, berusaha mencari keduanya, menghadapi berbagai cobaan dan akhirnya menjadi sosok mistis yang dikenal dalam legenda Nusantara. Kesaktiannya menjadikannya bagian dari mitologi yang lebih luas, bahkan dikaitkan dengan Nyi Roro Kidul.

Dari tanah Batak hingga pesisir selatan Jawa, kisah ini terus hidup dalam cerita rakyat dan ritual adat. Bagaimana perjalanan mereka berakhir? Apakah kutukan keluarga mereka masih terasa hingga kini? Simak kisah penuh misteri dan keajaiban ini lebih lanjut.

Daftar Isi

Patung Guru Tatea Bulan dan para Putra nya
Patung Guru Tatea Bulan dan para Putra nya<br>Anak dari Guru Tatea Bulan adalah Raja Uti, Tuan Saribu Raja, Limbong Mulana, Sagala Raja dan Silau Raja<br>Source: ebatak.com<br>Author: Regina

Guru Tatea Bulan adalah figur penting dalam mitologi Batak. Sebagai kepala keluarga, ia memiliki banyak anak, termasuk Tuan Saribu Raja, Siboru Pareme, dan Si Boru Biding Laut. Keluarga ini dikenal dengan kisah epiknya yang penuh drama dan konflik. Di tengah kehidupan sehari-hari mereka, nilai-nilai adat dan kepercayaan tradisional memainkan peran penting, tetapi sering kali berbenturan dengan tindakan anggota keluarga.

Budaya Batak memiliki banyak aturan adat yang ketat, termasuk tabu terhadap hubungan sedarah (marsumbang). Sebagai salah satu keturunan Guru Tatea Bulan, Tuan Saribu Raja dan adiknya Siboru Pareme menjadi pusat perhatian karena melanggar aturan ini, yang menyebabkan tragedi besar bagi keluarga mereka.

Peran penting Si Boru Biding Laut muncul sebagai sosok pelindung dalam keluarga. Ia menggambarkan cinta tanpa syarat meskipun keluarganya dilanda konflik. Namun, perjalanan hidupnya sendiri penuh dengan penderitaan dan perubahan drastis yang mengubahnya menjadi legenda.

Batu Hobon
Batu Hobon<br>Batu Hobon, yang terletak di Pulau Samosir, merupakan salah satu situs sakral bagi masyarakat Batak. Konon, batu ini digunakan oleh Tuan Saribu Raja untuk menyimpan benda pusaka warisan Si Raja Batak. Memiliki aura mistis, tempat ini diyakini membawa berkah bagi yang menghormatinya.<br>Source: ebatak.com<br>Author: Regina

Tuan Saribu Raja dan Siboru Pareme adalah anak kembar dampit yang lahir dari Guru Tatea Bulan, leluhur besar dalam silsilah Batak. Dalam kepercayaan Batak, anak kembar dampit diyakini memiliki hubungan spiritual yang unik, sehingga sering kali dipisahkan sejak kecil untuk menghindari hal-hal yang dianggap bertentangan dengan adat. Namun, dalam kasus Tuan Saribu Raja dan Siboru Pareme, pemisahan ini tidak terjadi. Mereka tumbuh bersama, berbagi segalanya, hingga akhirnya ikatan batin mereka berkembang menjadi hubungan yang melampaui batas sebagai saudara kandung.

Ketika mereka beranjak dewasa, hubungan mereka berubah menjadi marsumbang, yaitu hubungan sedarah yang dalam adat Batak dianggap sebagai pelanggaran paling berat dan membawa kehinaan bagi keluarga. Pelanggaran ini tidak hanya mencoreng kehormatan keluarga, tetapi juga diyakini dapat membawa kutukan bagi seluruh keturunan. Karena itu, keluarga mereka—terutama saudara-saudaranya seperti Silau Raja—dihadapkan pada keputusan yang sangat sulit: apakah mereka akan menghukum Tuan Saribu Raja dan Siboru Pareme sesuai hukum adat atau mencari solusi lain?

Sebagai seorang yang dikaruniai kesaktian luar biasa, Tuan Saribu Raja tidak dapat dihukum dengan cara biasa. Ia memiliki kemampuan supranatural yang membuatnya kebal terhadap serangan dan hukuman fisik. Para saudara dan tetua adat mencoba berbagai cara untuk menghukumnya, tetapi tidak ada yang berhasil. Akhirnya, keputusan yang diambil adalah mengusir mereka dari tanah kelahiran mereka di Pusuk Buhit.

Bagi Siboru Pareme, pengusiran ini menjadi pukulan psikologis yang sangat berat. Ia merasa dihantui rasa malu dan penyesalan, hingga akhirnya memilih untuk mengasingkan diri di hutan dan menghilang dari kehidupan sosial. Sementara itu, Tuan Saribu Raja melanjutkan perjalanan panjangnya, membangun keturunan yang nantinya akan menjadi leluhur dari banyak marga Batak.

Kisah Tuan Saribu Raja dan Siboru Pareme menjadi legenda yang meninggalkan pelajaran mendalam tentang adat, kehormatan, dan konsekuensi dari melanggar nilai-nilai budaya. Hingga kini, kisah mereka tetap hidup dalam ingatan masyarakat Batak sebagai bagian dari sejarah leluhur yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Batu Paranggiran Ni Siboru Pareme
Batu Paranggiran Ni Siboru Pareme<br>Batu Paranggiran Ni Siboru Pareme adalah tempat peristirahatan terakhir Siboru Pareme setelah diusir akibat hubungannya dengan Tuan Saribu Raja. Di sini, ia merenungi nasibnya hingga menghilang secara misterius. Batu ini dianggap sakral dan memiliki aura mistis bagi masyarakat Batak.

Setelah Tuan Saribu Raja dan Siboru Pareme diusir dari Pusuk Buhit, keluarga mereka terpecah dalam konflik dan rasa malu. Namun, di tengah kekacauan ini, Si Boru Biding Laut, adik Tuan Saribu Raja, menunjukkan keberanian dan kesetiaannya yang luar biasa. Ia tidak bisa menerima kenyataan bahwa kedua kakaknya harus pergi tanpa mendapatkan keadilan. Sebagai seorang perempuan muda yang kuat dan penuh kasih, ia memutuskan untuk meninggalkan rumahnya dan memulai perjalanan panjang dengan harapan dapat menyatukan kembali keluarganya.

Perjalanan ini tidaklah mudah. Si Boru Biding Laut harus melewati berbagai rintangan yang menguji fisik, mental, dan tekadnya. Ia menghadapi bahaya dari alam dan manusia. Dalam pengembaraannya, ia bertemu dengan sekelompok orang jahat yang tidak hanya mencoba menghalangi jalannya tetapi juga menyakitinya secara fisik dan emosional. Kejadian ini meninggalkan luka yang mendalam di hatinya, tetapi ia tidak membiarkan penderitaan itu menghentikannya. Dengan semangat pantang menyerah, ia terus melangkah, menembus batas ketakutan dan kesakitan demi menemukan kakaknya.

Akhirnya, ia sampai di Sibolga, sebuah kota pelabuhan di pesisir barat Sumatra. Di sana, ia berharap dapat melanjutkan perjalanannya melintasi laut untuk mencari Tuan Saribu Raja. Namun, nasib berkata lain. Saat ia menaiki perahu dan berlayar ke lautan lepas, badai besar datang menghantam. Gelombang tinggi menghancurkan perahunya, dan ia terombang-ambing di tengah lautan tanpa harapan. Dalam keadaan putus asa, ia berseru meminta pertolongan kepada dewa dan leluhurnya.

Saat itulah, Ratu Sekar Jagat Wijaya Kusuma, penguasa lautan, mendengar seruannya. Sang Ratu menawarkan bantuan dan menyelamatkan Si Boru Biding Laut dari maut. Namun, keselamatan itu datang dengan syarat berat—Si Boru Biding Laut harus mengabdikan dirinya sebagai penjaga laut, melayani sang ratu, dan meninggalkan kehidupannya sebagai manusia biasa. Tanpa pilihan lain, ia menerima takdir barunya, mengawali perjalanan spiritual dan transformasi yang akan mengubahnya selamanya.

Patung Nyi Roro Kidul di Nusa Dua, Bali
Patung Nyi Roro Kidul di Nusa Dua, Bali<br>Patung Nyi Roro Kidul di Nusa Dua, Bali, menggambarkan sosok penguasa laut selatan yang penuh misteri. Dalam legenda Batak, Si Boru Biding Laut juga menjadi pelindung lautan setelah menerima kekuatan dari Ratu Sekar Jagat Wijaya Kusuma, menjalankan peran menjaga keseimbangan alam dan spiritual.

Setelah menerima syarat yang diberikan oleh Ratu Sekar Jagat Wijaya Kusuma, Si Boru Biding Laut meninggalkan kehidupan manusianya dan memulai takdir baru sebagai pelayan lautan. Dalam legenda, Ratu Sekar Jagat bukan sekadar penguasa laut, tetapi juga penjaga keseimbangan alam yang memilih mereka yang layak untuk menjadi bagian dari kerajaannya. Si Boru Biding Laut, dengan semua penderitaan dan pengalaman hidupnya, dianggap pantas untuk mendapatkan peran baru sebagai penjaga laut.

Sebagai pelayan laut, ia diberikan kesaktian luar biasa, termasuk kemampuan untuk mengendalikan ombak, berkomunikasi dengan makhluk laut, dan muncul di hadapan mereka yang membutuhkannya. Tak hanya menjadi penjaga perairan, ia juga memiliki tugas menegakkan keadilan bagi manusia yang sering melanggar hukum alam. Mereka yang tamak, serakah, dan tidak menghormati lautan akan merasakan akibat dari perbuatannya. Inilah sebabnya ia dikenal sebagai sosok yang ditakuti sekaligus dihormati oleh para nelayan dan pelaut.

Si Boru Biding Laut juga diyakini bisa memberikan perlindungan bagi mereka yang benar-benar membutuhkan, terutama bagi orang-orang yang tertindas dan tak berdaya. Penampilannya sering digambarkan dengan busana hijau berkilauan, yang melambangkan kebijaksanaan dan kekuatan lautan. Warna hijau ini juga menjadi ciri khasnya dalam berbagai kisah rakyat yang berkembang dari generasi ke generasi. Ia tidak hanya menjadi simbol kekuatan alam, tetapi juga adat dan nilai-nilai kearifan lokal yang harus dihormati.

Ilustrasi Raja San Sakti
Ilustrasi Raja San Sakti<br>Raja San Sakti adalah penguasa bijaksana dari Kerajaan Pangandaran yang dikenal memiliki kekuatan spiritual tinggi. Dalam legenda, ia menemukan dan melindungi Si Boru Biding Laut setelah perjalanannya yang penuh penderitaan. Mereka akhirnya menikah, tetapi intrik istana menyebabkan pengkhianatan yang merenggut nyawanya.<br>Source: ebatak.com

Setelah berbagai penderitaan dalam pengembaraannya, Si Boru Biding Laut akhirnya tiba di Kerajaan Pangandaran. Saat itu, kerajaan ini diperintah oleh Raja San Sakti, seorang penguasa bijak yang dikenal karena keadilannya. Mendengar kisah tentang Si Boru Biding Laut, sang raja tertarik dan membawanya ke istana untuk diberikan perlindungan.

Di istana, Si Boru Biding Laut menemukan ketenangan setelah sekian lama hidup dalam pelarian. Seiring berjalannya waktu, ia dan Raja San Sakti saling jatuh cinta, dan akhirnya mereka menikah. Pernikahan ini membuatnya menjadi permaisuri kerajaan, yang menjadikannya sosok terpandang di Pangandaran. Namun, kebahagiaan tersebut tidak berlangsung lama.

Kecantikan Si Boru Biding Laut yang luar biasa menimbulkan rasa iri di antara selir-selir raja dan orang-orang yang berambisi di dalam istana. Fitnah dan konspirasi mulai merajalela, hingga akhirnya para hulubalang kerajaan merencanakan pengkhianatan besar. Dalam sebuah peristiwa tragis, Raja San Sakti dibunuh tepat di depan mata Si Boru Biding Laut. Kematian suaminya menjadi titik balik dalam hidupnya—kesedihan dan kemarahan mengubahnya menjadi sosok yang lebih kuat dan penuh dendam.

Ratu Sekar Jagat Wijaya Kusuma
Ratu Sekar Jagat Wijaya Kusuma<br>Ratu Sekar Jagat Wijaya Kusuma adalah penguasa laut yang berkuasa atas ombak dan kehidupan bawah laut. Dalam legenda, ia menyelamatkan Si Boru Biding Laut yang terombang-ambing di lautan dengan syarat menjadi pengikutnya. Sebagai ratu yang bijaksana, ia memberikan kekuatan kepada mereka yang setia dan menjaga keseimbangan alam.<br>Source: ebatak.com

Kematian suaminya membuat Si Boru Biding Laut berubah drastis. Ia marah dan mengutuk kerajaan Pangandaran agar musnah ditelan gelombang laut. Kutukannya terkabul; ombak besar datang dan menghancurkan seluruh kerajaan, menenggelamkan banyak orang. Para prajurit yang selamat mengira bahwa Si Boru Biding Laut juga ikut tewas dalam kejadian itu.

Namun, karena janjinya kepada Ratu Sekar Jagat Wijaya Kusuma, ia tidak mati. Sebaliknya, ia bangkit dari dalam laut dengan kekuatan yang lebih besar. Kini, mengenakan pakaian hijau dan menaiki kereta kencana, ia membalas dendam dengan membantai seluruh pasukan yang tersisa.

Setelah itu, Si Boru Biding Laut tidak lagi sama. Ia memutuskan untuk tetap tinggal di laut dan melanjutkan misinya: menghukum manusia-manusia yang dipenuhi oleh keserakahan, iri hati, dan niat jahat. Ia akhirnya diangkat oleh Ratu Sekar Jagat Wijaya Kusuma menjadi salah satu dari tiga Abdi utamanya dan diberi gelar "Nyi Roro Kidul."

Ratu Sekar Jagat Wijaya Kusuma

Ratu Sekar Jagat Wijaya Kusuma adalah sosok penguasa tertinggi di kerajaan laut dalam mitologi Nusantara. Ia dikenal sebagai pemimpin agung yang memiliki kekuatan luar biasa dan menguasai seluruh kehidupan di samudra. Namanya sering disebut dalam berbagai kisah yang berkaitan dengan laut dan kehidupan spiritual.

Keberadaan Ratu Sekar Jagat tidak terlepas dari mitologi kerajaan-kerajaan kuno di Nusantara, khususnya yang memiliki hubungan erat dengan lautan seperti Kerajaan Pajajaran dan kerajaan maritim lainnya. Beberapa legenda menyebutnya sebagai penguasa laut yang menjaga keseimbangan antara dunia manusia dan dunia roh.

Peran Ratu Sekar Jagat sering dikaitkan dengan pelindung bagi mereka yang tersesat di lautan. Banyak kisah tentang para pelaut atau orang-orang yang mengarungi lautan dan mengalami kejadian mistis yang diduga berkaitan dengannya. Ia dipandang sebagai penjaga hukum dan keseimbangan alam, yang dapat memberikan berkah sekaligus hukuman bagi yang melanggar nilai-nilai leluhur.

Ratu Sekar Jagat Wijaya Kusuma dan Si Boru Biding Laut

Dalam mitologi Batak, Si Boru Biding Laut adalah putri dari Guru Tatea Bulan yang menghilang di lautan dan dipercaya menjadi makhluk gaib. Sebagian cerita menyebutkan bahwa ia kemudian berada di bawah perlindungan Ratu Sekar Jagat Wijaya Kusuma, yang mengangkatnya sebagai pengikut dan penjaga wilayah laut.

Ratu Sekar Jagat memiliki kekuatan besar dan dipercaya sebagai penguasa lautan yang menjaga keseimbangan antara alam manusia dan dunia gaib. Si Boru Biding Laut, setelah melalui perjalanan panjang penuh penderitaan, akhirnya menjadi bagian dari kerajaan laut di bawah bimbingan Ratu Sekar Jagat.

Si Boru Biding Laut, dengan kekuatan yang diberikan oleh Ratu Sekar Jagat, kemudian menjadi penjaga lautan yang berperan dalam menegakkan keadilan. Ia dipercaya sebagai penjaga lautan yang akan melindungi mereka yang menghormati hukum alam, namun menghukum mereka yang tamak dan serakah terhadap laut.

Tiga Nyi Roro Kidul
Tiga Nyi Roro Kidul<br>Legenda Nusantara menyebutkan adanya tiga sosok yang menyandang gelar Nyi Roro Kidul, yaitu Dewi Nawang Wulan, Putri Sekar Kedaton, dan Si Boru Biding Laut. Ketiganya berasal dari latar belakang berbeda namun dipercaya menjadi pengikut setia Ratu Sekar Jagat Wijaya Kusuma, penguasa lautan.<br>Source: ebatak.com

Dalam berbagai legenda Nusantara, terdapat tiga sosok yang disebut sebagai Nyi Roro Kidul. Meskipun memiliki asal-usul yang berbeda, ketiganya dikisahkan sebagai tokoh perempuan sakti yang berkuasa di lautan dan menjadi pengikut setia Ratu Sekar Jagat Wijaya Kusuma, penguasa dunia laut.

Ketiga sosok ini memiliki perjalanan yang berbeda, namun dalam berbagai mitologi, mereka disebut sebagai perwujudan Nyi Roro Kidul, sang penguasa pantai selatan yang sering dikaitkan dengan misteri dan kekuatan gaib di Samudra Hindia.

Dewi Nawang Wulan – Bidadari dari Kahyangan

Dewi Nawang Wulan berasal dari legenda Jawa yang mengisahkan seorang bidadari yang turun dari kahyangan. Ia dikenal sebagai istri Jaka Tarub, seorang pemuda yang mencuri selendang bidadari sehingga Nawang Wulan tidak bisa kembali ke langit. Setelah melahirkan seorang anak, rahasianya terbongkar, dan ia akhirnya kembali ke kahyangan. Namun, beberapa kisah menyebutkan bahwa ia tidak kembali ke langit melainkan berguru kepada Ratu Sekar Jagat Wijaya Kusuma dan menjadi penguasa gaib di lautan selatan.

Putri Sekar Kedaton – Putri Kerajaan Pajajaran

Putri Sekar Kedaton dikisahkan sebagai seorang putri dari Kerajaan Pajajaran. Ia mengalami pengkhianatan dan penderitaan di istana hingga memilih untuk meninggalkan dunia manusia. Dalam beberapa versi, ia bertapa di tepi Samudra Hindia dan mendapatkan kekuatan gaib. Melalui perjanjian spiritual, ia akhirnya diangkat menjadi penguasa pantai selatan oleh Ratu Sekar Jagat Wijaya Kusuma. Dalam legenda Jawa, sosok ini sering dikaitkan sebagai Nyi Roro Kidul yang dikenal dalam mitos Kesultanan Mataram.

Si Boru Biding Laut – Putri Batak yang Hilang

Si Boru Biding Laut adalah putri dari Guru Tatea Bulan, keturunan Raja Batak. Ia pergi meninggalkan tanah kelahirannya setelah mengalami tragedi besar dalam keluarga. Dalam pengembaraannya, ia mengalami berbagai penderitaan hingga akhirnya tiba di laut selatan. Melalui perjalanan spiritual dan kesaktiannya, ia menjadi pengikut setia Ratu Sekar Jagat Wijaya Kusuma dan diberi kekuatan untuk menjaga lautan.

Jumat, 14 Maret 2025, 23:55 | Kamis, 27 Maret 2025, 03:44 | oleh Regina

Sejarah