Mengenal Boru Borbor: Istri dari Bona Ni Onan
Menelusuri jejak Boru Borbor, Istri dari Bona Ni Onan

Raja Manguntal adalah Sisimangaraja I
Source: ebatak.com
Author: Regina
Boru Borbor, ibu dari Sisingamangaraja I
Kisah kehamilan Boru Borbor menjadi sorotan masyarakat Bakkara pada masa itu. Suaminya, Bona Ni Onan, putra bungsu dari Sinambela, diceritakan sering melakukan perjalanan jauh, menjelajah berbagai alam gaib dan dunia nyata. Suatu hari, setelah sekian lama mengembara, ia pulang ke rumah dan mendapati istrinya tengah mengandung. Kehamilan yang tak biasa ini memunculkan keraguan di kalangan masyarakat, yang mulai mempertanyakan kesetiaan Boru Borbor.
Namun, keraguan itu terjawab melalui sebuah peristiwa spiritual yang mendalam. Bona Ni Onan bermimpi didatangi oleh Roh Batara Guru, yang dikenal sebagai dewa tertinggi dalam kosmologi Batak. Dalam mimpi itu, Batara Guru mengungkapkan bahwa bayi yang dikandung Boru Borbor adalah titisan-Nya, seorang calon pemimpin yang akan kelak dikenal sebagai Sisingamangaraja, penguasa yang diberkati oleh kekuatan gaib.
Boru Borbor, dalam perjalanan hidupnya, juga mengalami peristiwa luar biasa. Ketika mandi di tombak sulu-sulu, tempat sakral di hutan rimba yang diyakini sebagai tempat pertemuan dengan roh-roh leluhur, ia mendengar suara gemuruh yang berasal dari alam semesta. Tiba-tiba, cahaya terang memasuki tubuhnya, dan ia menyadari bahwa kehamilannya merupakan anugerah langsung dari Roh Batara Guru, yang memberikan tanda bahwa anak yang dikandungnya akan menjadi pemimpin yang besar.
Kehamilan Boru Borbor berlangsung selama 19 bulan, waktu yang luar biasa dalam tradisi Batak, yang menandakan bahwa kelahiran sang anak bukanlah hal biasa. Setelah masa yang penuh misteri, lahirlah seorang putra yang diberi nama Manghuntal, yang berarti "gemuruh gempa". Nama ini bukan hanya karena waktu kelahirannya yang disertai badai dan gempa bumi yang dahsyat, tetapi juga sebagai lambang kekuatan kosmik dan spiritual yang menyertai kelahiran sang anak.
Kisah Boru Borbor dan kelahiran Sisingamangaraja I bukan sekadar cerita rakyat, tetapi mengandung makna mendalam tentang hubungan antara manusia dan roh, antara dunia nyata dan alam gaib. Bagi masyarakat Batak, peristiwa ini adalah sebuah legitimasi kekuasaan yang diikat oleh kekuatan dewa dan roh leluhur, yang seringkali menjadi dasar dari tokoh-tokoh besar dalam sejarah mereka. Lewat narasi ini, masyarakat Batak mengukuhkan bahwa Sisingamangaraja bukan sekadar raja biasa, melainkan pemimpin yang diberkati oleh kehendak para dewata, terutama Roh Batara Guru. Dalam studi antropologis dan etnografis, cerita ini juga memberikan gambaran tentang kepercayaan Batak yang sangat bergantung pada kosmologi spiritual dan pentingnya roh-roh dalam menentukan nasib manusia.