Silsilah, Partuturan dan Tarombo Marga Sinaga
Marga Sinaga: Warisan Toga Sinaga, Generasi ke-5 dari Si Raja Batak. Marga Sinaga memiliki cabang turunan marga Sidasuhut, Simanjorang, Simaibang dan Simandalahi.

Tugu Toga Sinaga terletak di desa Urat II, Kecamatan Palipi, Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara, Indonesia
Source: ebatak.com
Author: Regina
Toga Sinaga
Hingga kini, seluruh keturunan Toga Sinaga tetap memakai satu marga, yaitu marga Sinaga. Mereka tergabung dalam organisasi yang bernama Parsadaan Pomparan Toga Sinaga dohot Boruna (PPTSB), yang memiliki struktur dari tingkat kecamatan hingga tingkat nasional.
Bonapasogit Sinaga, lokasi berdirinya tugu Sinaga, berada di daerah Urat, sekitar 10 kilometer ke arah selatan dari Pangururan. Dahulu pernah terjadi pernikahan antarsesama marga Sinaga, misalnya antara Si Raja Bonor dan Sinaga Uruk (Sagiulubalang). Jika pria dari keturunan Sinaga Bonor menikahi perempuan dari Sinaga Uruk, maka pria tetap bermarga Sinaga, sementara perempuan disebut Boru Hasagian. Sebaliknya, jika pria dari Sinaga Uruk menikahi perempuan dari Sinaga Bonor, maka perempuan itu disebut Boru Gorat. Namun, pernikahan semarga seperti ini kini dilarang, karena dulunya wilayah marga Sinaga masih terisolasi di Samosir.
Tuan Suhut
Tuan Suhut merupakan leluhur dari keturunan Sinaga Bonor Suhutnihuta. Ia bersama Tuan Sipallat (keturunan Situmorang Suhutnihuta) serta keluarga Pandiangan Suhutnihuta membentuk perkampungan bernama Suhutnihuta. Mereka bersumpah menjadi saudara sedarah (marpadan), baik laki-laki maupun perempuan, sehingga sampai saat ini keturunan mereka dilarang menikah satu sama lain.
Muha
Muha merantau ke daerah Simalungun dan akhirnya menggantikan Raja Sitanggang sebagai raja di Tanah Jawa. Marga Sinaga di Simalungun sejatinya berasal dari Toba dan dapat dirunut dari tiga ompu dan sembilan anak yang telah disebutkan sebelumnya.
Dikisahkan, kerajaan Nagur dan Aru di timur Danau Toba berjaya sekitar tahun 1400, sebelum akhirnya digantikan oleh raja-raja baru dari Toba. Pada masa itu, Muha bekerja sebagai penyadap nira (paragat ni raja). Suatu hari, saat memanjat pohon enau, seekor tupai melompat sambil bersuara, “Irr... gotok gotok.” Merasa tersinggung, Muha merespons: "Ke atas melentik, ke bawah menekan. Paragat jadi raja dan raja jadi rakyat."
Kata-kata itu ia ucapkan setiap pagi dan sore hingga akhirnya menyebar di kalangan pegawai istana. Mereka menganggap Muha gila, dan kabar itu sampai ke Raja Sitanggang. Saat dipanggil, Muha mengakui kisahnya dan bersedia dihukum jika terbukti berbohong. Raja pun mengutus bawahannya untuk menyelidiki kebenarannya. Muha kemudian menyuruh anaknya bersembunyi dan menirukan suara tupai sesuai skenario.
Setelah kejadian itu terbukti, Raja Sitanggang merasa terguncang. Suatu ketika, Muha mengklaim bahwa ia mendengar suara dari Mulajadi Nabolon. Sang raja pun menyatakan bahwa itu merupakan kehendak Ilahi, dan akhirnya, Muha dinobatkan sebagai raja menggantikan Sitanggang.
Setelah naik tahta, Muha menambahkan kata Dadihoyong pada marganya. Dadihou atau tutuhonon berarti 'tupai'. Maka dari itu, gelarnya menjadi Muha Sinaga Dadihoyong, yang diyakini merupakan keturunan Sinaga Bonor Suhutnihuta.
Sinaga Porti diyakini sebagai keturunan Sinaga Ompu Ratus, meskipun silsilah generasi dan kaitan langsungnya masih perlu ditelusuri. Begitu pula dengan Sinaga Sidahapintu, yang kemungkinan berasal dari Sinaga Bonor, namun belum jelas urutan dan hubungan leluhurnya.
Selain Sinaga Dadihoyong, Porti, dan Sidahapintu, ada juga submarga seperti Sinaga Sidasuhut, Sinaga Siallagan, Sinaga Sidabariba, dan Sinaga Sidagelan. Konon, ketika kerajaan berampat berkuasa di Simalungun, orang Toba yang datang harus bergabung dengan salah satu marga penguasa: Sinaga di Tanah Jawa, Purba di Silima Kuta, Damanik di Pematang Siantar, dan Saragih di Raya.
Sinaga Siallagan diperkirakan berasal dari Siallagan keturunan Tamba Tua yang berbaur ke marga Sinaga. Sedangkan Sinaga Sidabariba diduga berasal dari marga Silahisabungan, cabang Sidabariba di Silalahi Nabolak. Namun, asal-usul dari Sinaga Sidasuhut dan Sinaga Sidagelan masih belum diketahui secara pasti, apakah mereka merupakan cabang dari Toba atau leluhur yang memilih menjadi submarga tersendiri.
Berikut ini adalah beberapa jawaban dari pertanyaan yang sering ditanyakan terkait marga Sinaga
Marga Sinaga merupakan salah satu marga yang digunakan oleh etnis Batak dari suku Simalungun dan Toba.
Marga Sinaga termasuk dalam kelompok marga Raja Lontung.