Logo Ebatak
Ebatak | Ensiklopedia Batak
Ensiklopedia Batak

Si Boru Napuan Manurung

Si Boru Napuan: putri/ boru ni Raja Mangatur, Generasi Ke-5 marga Manurung.


ebatak.com
ebatak.com
Ebatak | Ensiklopedia Batak

Si Boru Napuan: Permaisuri Raja Manualang

Si Boru Napuan adalah tokoh perempuan penting dalam silsilah dan legenda marga Damanik. Ia merupakan putri tunggal dari Raja Hutagugur Manurung, yang bermukim di wilayah Sionggang dan Sijambur, kawasan yang termasuk dalam daerah Uluan di sekitar Danau Toba.

Dalam legenda, Si Boru Napuan dikenal sebagai sosok perempuan yang anggun, bijaksana, dan memiliki kecantikan yang luar biasa. Ia menjadi permaisuri dari Raja Manualang, seorang pengembara sakti yang dikenal luas sebagai Datu Parmata Manunggal, pendiri Kerajaan Sipolha dan Pamatang Siantar.

Perjodohan dengan Datu Parmata Manunggal

Menurut cerita rakyat, masyarakat Kampung Lumban Tidang sangat terkesan dengan kepribadian dan kesaktian Datu Parmata Manunggal, sehingga mereka menjodohkannya dengan Si Boru Napuan. Prosesi pernikahan mereka mengikuti adat Batak, di mana pihak keluarga Raja Manualang memberikan sinamot berupa emas dan Ogung Sabangunan. Sebagai bagian dari adat, keluarga Manurung memberikan pauseang (warisan) berupa sebidang tanah di wilayah Sijambur.

Status sebagai Puang Bolon

Setelah resmi menjadi istri Raja Manualang, Si Boru Napuan diangkat sebagai Puang Bolon, atau permaisuri agung Kerajaan Sipolha. Ia tidak hanya dihormati sebagai istri raja, tetapi juga menjadi simbol kehormatan, perdamaian, dan penghubung dua garis keturunan besar—Manurung dari Toba dan Damanik dari wilayah Simalungun.

Keturunan Si Boru Napuan

Dari pernikahannya dengan Raja Manualang, Si Boru Napuan melahirkan dua anak: seorang laki-laki bernama Raja Uluan Damanik—yang dinamai dari daerah asal ibundanya, Uluan—dan seorang perempuan bernama Riama boru Damanik. Melalui kedua anak inilah garis keturunan Damanik terus berlanjut hingga saat ini.

Sampai dengan Oktober 2022, keturunan mereka telah mencapai generasi ke-20, tersebar di seluruh dunia. Namun sebagian besar masih mendiami dan menguasai tanah leluhur di Sipolha dan Sijambur (tanah pauseang dari pihak Manurung).

Jejak Perempuan dalam Silsilah Damanik

Peran Si Boru Napuan menegaskan pentingnya posisi perempuan dalam sejarah Batak, terutama dalam adat, kekerabatan, dan pembentukan aliansi antarmarga. Ia bukan hanya istri seorang raja, tetapi juga tokoh kunci dalam memperkuat relasi strategis dan sakral antara dua kelompok masyarakat besar.

Warisan Leluhur

Nama Si Boru Napuan terus hidup dalam tarombo dan turiturian (cerita rakyat), serta menjadi simbol nilai luhur perempuan Batak dalam sejarah. Ia dikenang sebagai permaisuri agung yang membawa kemuliaan bagi dua garis keturunan besar: Manurung dan Damanik.

Si Boru Napuan Manurung adalah putri/ boru ni dari Raja Mangatur, merupakan Generasi Ke-5 marga Manurung dan Generasi Ke-11 dari Si Raja Batak. Si Boru Napuan dikenal juga dengan nama Pamatang Sipolha.

Tidak ada informasi terkait keturunan dari Si Boru Napuan

Ayah dari Si Boru Napuan Manurung adalah Raja Mangatur

Sayangnya, hingga saat ini belum ada catatan atau informasi yang berhasil ditemukan terkait siapa yang menjadi ibu dari Si Boru Napuan. Meski pencarian terus dilakukan dan berbagai sumber telah dikaji, detail mengenai sosok ibunya masih belum terungkap.

Si Boru Napuan adalah keturunan dari Tuan Sorba Di Jae yang berasal dari Ajibata, Kabupaten Toba, Sumatera Utara, Indonesia

Opung Suhut Doli (Kakek dari ayah) dari Si Boru Napuan adalah Banua Luhung

Opung Suhut Boru (Nenek dari ayah) dari Si Boru Napuan adalah Boru Saragi

Opung Bao Doli (Kakek dari ibu) dari Si Boru Napuan Tidak ditemukan

Opung Bao Boru (Nenek dari ibu) dari Si Boru Napuan Tidak ditemukan

Si Boru Napuan memiliki seorang suami, yaitu Parmata Manunggal

Amangtua/ Amanguda dari Si Boru Napuan adalah Patu Djong, perlu diketahui, amangtua/ amanguda adalah saudara laki-laki dari ayah. Patu Djong adalah saudara laki-laki dari ayah Si Boru Napuan yaitu Raja Mangatur. Jadi, Si Boru Napuan memanggil amangtua/ amanguda kepada seluruh saudara laki-laki dari ayahnya, atau anak laki-laki dari opung suhut nya, yaitu Banua Luhung

Berdasarkan data tarombo yang tercatat di eBatak.com, Opung Suhut Si Boru Napuan, yaitu Banua Luhung tidak memiliki boru. Dengan demikian, Si Boru Napuan tidak memiliki Namboru

Sayangnya, kita tidak dapat menemukan informasi Bonatulang dari Si Boru Napuan. Perlu diketahui, Bonatulang adalah tulang dari Ayah, Kita sudah memiliki informasi terkait ayah Si Boru Napuan yaitu Raja Mangatur. Lalu kita sudah menemukan Opung Suhut Borunya yaitu Boru Saragi. Namun kita belum mendapatkan informasi terkait siapa orang tua dari Opung Suhut Borunya tersebut. Untuk menemukan siapa Bonatulang Si Boru Napuan kita harus mendapatkan informasi tentang orang tua dari Opung Suhut Borunya. Sebab, Bonatulang dari Si Boru Napuan adalah tulang dari ayahnya, dan itu berarti saudara laki-laki dari Opung Suhut Borunya

Sayangnya, kami belum menemukan informasi tentang Bonaniari dari Si Boru Napuan. Namun, kami telah menemukan Ibu Raja Hutagurgur, yaitu Boru Nahot. Tetapi kami belum mengetahui siapa orang tuanya. Bonaniari adalah tulang dari opung dari pihak Ayah. Sebagaimana diketahui, Raja Hutagurgur adalah opung suhut dari Raja Mangatur, yang merupakan ayah dari Si Boru Napuan. Oleh karena itu, kami perlu menemukan orang tua dari Boru Nahot, karena anak laki-laki dari orang tua Boru Nahot inilah Bonaniari dari Si Boru Napuan.

Sayangnya, kita tidak dapat menemukan informasi Tulang dari Si Boru Napuan. Perlu diketahui, Tulang adalah saudara laki-laki dari ibu. Kita harus menemukan informasi tentang ibu Si Boru Napuan untuk menemukan siapa Tulangnya.

Sayangnya, kita tidak dapat menemukan informasi Tulang Rorobot dari Si Boru Napuan. Perlu diketahui, Tulang Rorobot adalah tulang dari Ibu. Kita harus menemukan informasi tentang Ibu Si Boru Napuan untuk menemukan siapa Tulang Rorobotnya.

Rabu, 16 April 2025, 21:41 | Rabu, 16 April 2025, 21:41 | oleh Regina

kuliner

Adat Batak

Wisata Alam

Napak Tilas

Mitologi

Sejarah