Punguan Marga/ Parsadaan Si Pitu Marga
Sipitu Marga Pakpak

Ebatak | Ensiklopedia Batak
Sipitu Marga berfungsi sebagai lembaga adat yang secara aktif menjaga dan melestarikan kekayaan budaya serta tradisi masyarakat Pakpak. Mereka memainkan peran sentral dalam berbagai kegiatan adat, mencakup upacara keagamaan yang sakral, perayaan budaya yang meriah, dan kegiatan sosial lainnya yang mempererat tali persaudaraan. Keberadaan Sipitu Marga bukan sekadar formalitas, melainkan inti dari kehidupan sosial dan budaya masyarakat Pakpak, memastikan nilai-nilai luhur tetap hidup dan diwariskan dari generasi ke generasi.
Sebagai pilar penting dalam struktur sosial dan budaya masyarakat Pakpak, Sipitu Marga menunjukkan komitmennya melalui berbagai tindakan nyata. Keterlibatan mereka dalam pembangunan kembali situs-situs budaya yang memiliki nilai historis tinggi, seperti Sapo Jojong Sipitu, menjadi bukti nyata upaya pelestarian warisan budaya. Tindakan ini tidak hanya mempertahankan bentuk fisik bangunan, tetapi juga menghidupkan kembali makna dan filosofi yang terkandung di dalamnya, sekaligus memperkuat identitas kolektif masyarakat Pakpak.
Sapo Jojong Sipitu sendiri merupakan representasi arsitektur tradisional Pakpak yang dulunya memiliki fungsi khusus sebagai kediaman raja atau tokoh penguasa. Keistimewaan bangunan ini terletak pada pemilihan material yang cermat, seperti kokohnya batu gunung dan awetnya kayu meranti. Lebih dari itu, ornamen atau ragam hias yang dikenal dengan istilah gerga atau okir, menghiasi setiap sudut bangunan, membawa pesan dan makna simbolis yang mendalam dalam konteks budaya Pakpak.
Pada tahun 2024, sebuah inisiatif penting dilakukan dengan membangun kembali Sapo Jojong Sipitu Solin yang berlokasi di Lebbuh Lae Meang, Desa Mahala, Kecamatan Tinada, Kabupaten Pakpak Bharat. Peresmian rumah adat ini ditandai dengan upacara adat Mndomi Sapo Jojong Sipitu yang khidmat. Proyek pembangunan ini merupakan hasil kolaborasi yang solid antara Sulang Silima Marga Solin, Ikatan Arsitektur Indonesia, Asosiasi Vernakular Indonesia, dan Yayasan Tirto Utomo, menunjukkan sinergi berbagai pihak dalam melestarikan warisan budaya.
Bupati Pakpak Bharat, Franc Bernhard Tumanggor, menyampaikan bahwa pembangunan kembali Sapo Jojong Sipitu memiliki tujuan mulia, yaitu menggali kembali nilai-nilai budaya dan religi yang sempat tergerus di wilayah tersebut. Harapannya, lokasi ini akan bertransformasi menjadi pusat kebudayaan yang dinamis di Tanah Simsim, sekaligus membuka potensi pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang berbasis pada kekayaan budaya lokal, termasuk tradisi penenunan yang kaya.