Mengenal Suku Tamiang dan Daftar Marganya
Asal Usul Masyarakat Berasal Batak di Wilayah Melayu Timur Laut Sumatera

Ebatak | Ensiklopedia Batak
Suku Tamiang adalah kelompok masyarakat yang tinggal di beberapa kecamatan di Kabupaten Aceh Tamiang, seperti Karang Baru, Tamiang Hulu, Kota Kuala Simpang, Kejuruan Muda, Bendahara, dan Seruway. Mari kita pelajari lebih lanjut tentang asal usul, bahasa unik, kepercayaan, cara mencari nafkah, dan sistem kekerabatan yang khas dari suku ini.
Asal Usul Suku Tamiang
Meskipun catatan sejarah yang pasti belum banyak ditemukan, cerita rakyat dan legenda menunjukkan bahwa kemungkinan besar nenek moyang suku Tamiang berhubungan dengan kerajaan kuno di pantai timur Pulau Sumatra, contohnya Kerajaan Aru.
Keunikan Bahasa Tamiang
Bahasa Tamiang termasuk dalam keluarga Bahasa Melayu-Polinesia atau Austronesia. Salah satu hal yang membedakannya adalah perubahan bunyi konsonan, di mana huruf r sering diucapkan menjadi gh, misalnya "orang" menjadi "oghang". Selain itu, huruf t juga berubah menjadi c, seperti kata "tiada" menjadi "ciade".
Agama dan Tradisi Suku Tamiang
Mayoritas masyarakat Tamiang beragama Islam dengan taat. Namun, menariknya, mereka juga masih mempertahankan berbagai upacara adat yang diturunkan dari zaman sebelum Islam datang. Beberapa contohnya adalah kenduri blang (syukuran panen), turun bibit (upacara menanam padi), dan tulak bala (upacara menolak musibah).
Cara Hidup dan Pekerjaan Suku Tamiang
Tempat tinggal masyarakat Tamiang beragam, tergantung kondisi alam di sekitarnya. Ada yang tinggal di barat Aceh Timur, ada juga yang di pesisir dengan rawa dan hutan bakau. Sebagian lagi tinggal di pedalaman dekat perkebunan dan hutan. Penghasilan utama mereka berasal dari alam, terutama dari perkebunan kelapa sawit dan karet.
Sistem Kekerabatan Suku Tamiang
Dalam masyarakat Tamiang, keluarga inti adalah unit terkecil. Meski begitu, hubungan dengan keluarga besar sangat erat dan mereka cenderung tinggal berdekatan. Sistem kekerabatan mereka bersifat bilateral, artinya garis keturunan diakui dari kedua orang tua dalam kehidupan sosial. Namun, untuk warisan dan garis keturunan, sistemnya adalah patrilineal, di mana garis keturunan dari ayah lebih diutamakan.
Anak laki-laki tertua atau yang disebut ulung punya peran penting dalam keluarga. Selain itu, ada juga panggilan berdasarkan urutan lahir, seperti ngah (anak kedua), alang (ketiga), andak (keempat), uteh (kelima), dan uncu (anak bungsu).
Kelompok kekerabatan yang lebih besar disebut kaum biak, yang mencakup hubungan dari pihak ayah dan ibu. Kebersamaan dalam keluarga ini tercermin dalam prinsip hidup mereka: utang sama ditanggung, malu sama ditudung, yang artinya suka dan duka ditanggung bersama.
Hubungan dengan Masyarakat Batak di Pesisir Timur Laut Sumatera
Di wilayah timur laut Sumatera Utara, terutama dari sekitar Kabupaten Langkat sampai Kabupaten Aceh Tamiang, ada kelompok masyarakat asli yang sudah lama berinteraksi dan bercampur dengan masyarakat Melayu. Proses percampuran budaya membuat mereka menjadi bagian dari suku Melayu. Namun, menariknya, sebagian dari mereka masih mengingat marga Batak dari leluhur mereka.
Jejak Asal Usul Batak
Kelompok masyarakat ini diperkirakan adalah keturunan dari salah satu sub-etnis Batak yang punya hubungan sejarah dengan suku Karo. Selama berabad-abad, terjadi penyesuaian dan penyatuan budaya yang membuat identitas Batak mereka perlahan menghilang ke dalam budaya Melayu. Akibatnya, tradisi menggunakan marga Batak semakin jarang ditemukan dan hampir punah karena tidak lagi diajarkan ke generasi berikutnya.
Marga Unik yang Terlupakan
Beberapa marga yang masih bisa dikenali dari kelompok masyarakat ini punya ciri khas yang tidak ada di wilayah Batak lainnya. Ini menunjukkan adanya garis keturunan yang berbeda dan penyebaran yang terbatas, menjadi catatan penting dalam penelitian tentang perpindahan dan percampuran budaya di wilayah Sumatera Utara dan Aceh.